tag:blogger.com,1999:blog-70928146662445030722024-03-19T20:06:47.926+07:00Aneka ArtikelPaulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comBlogger45125tag:blogger.com,1999:blog-7092814666244503072.post-20864220485458723422013-06-01T07:39:00.000+07:002013-06-01T07:39:28.077+07:00Tak Tahu Berterima Kasih<br />
Seorang gelandangan diundang ke rumah seorang kaya yang baik hati. Sambil mengganti pakaiannya yang dekil dengan pakaian baru yang diberi oleh tuan rumah, ia berkata, "Ini baju yang bagus, namun saya tidak terlalu suka warna garis-garisnya!"<br />
<br />
Ketika menyantap hidangan, ia berkata, "Ini makanan yang enak, hanya saja ikan panggangnya terlalu gosong. Supnya pasti lebih enak kalau ditambah sedikit lagi merica. Dan, es buahnya akan lebih nikmat kalau ditambah sirup rasa leci."<br />
<br />
Ketika ia dipersilakan beristirahat di kamar, ia berkata, "Ini kamar yang mewah, lengkap dengan pendingin ruangan. Hanya saja, kasurnya kurang tebal!" Sikap yang konyol, bukan?<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQdNAS6H8r5-kFWvTcC4sb4XCRBRSmxB7mf_okz5cIwT3TqHt-dxxkwCkiWRd328Tbs7q6vTi3ikyn1kUjEo2Knvr1yDCsRk0oJdKBjzwcdNr2gedN2CebPNDXAMlljdGKmJos10YoMd_m/s1600/gelandangan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="281" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQdNAS6H8r5-kFWvTcC4sb4XCRBRSmxB7mf_okz5cIwT3TqHt-dxxkwCkiWRd328Tbs7q6vTi3ikyn1kUjEo2Knvr1yDCsRk0oJdKBjzwcdNr2gedN2CebPNDXAMlljdGKmJos10YoMd_m/s400/gelandangan.jpg" width="400" /></a></div><br />
Akan tetapi, jika dicermati, manusia kerap bersikap seperti si gelandangan itu terhadap Tuhan yang Mahabaik. Kebanyakan orang cenderung tidak tahu berterima kasih kepada-Nya. Mereka lupa bersyukur pada saat tengah dilingkupi kebahagiaan.<br />
<br />
Sebaliknya, mereka mulai mempertanyakan kebaikan Tuhan ketika hal buruk menimpa mereka. Tidak jarang orang menganggap dirinya terlalu saleh, sehingga tidak pantas mengalami penderitaan tertentu.<br />
<br />
"Saya sudah setia melayani Tuhan, tetapi mengapa Tuhan mengizinkan musibah ini menimpa keluarga saya?" kata mereka.<br />
<br />
Bagaimana mengatasinya? Yaitu dengan menyadari bahwa kita diberi anugerah oleh Tuhan karena kebaikan-Nya, bukan karena kehebatan diri kita.<br />
<br />
Kesadaran ini mendorong kita untuk bersyukur kepada-Nya dan berbelas kasihan pada orang yang tidak tahu berterima kasih kepada kita.<br />
<br />
<b><i>Menyadari ketidaklayakan kita dalam menerima anugerah, membuat hati kita dipenuhi rasa syukur yang melimpah.</i></b><br />
<br />
* * *<br />
<br />
Penulis: Hembang Tambun | e-RH, 1/6/2013<br />
<br />
(diedit sedikit)<br />
<br />
==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7092814666244503072.post-47287737080554369752013-04-27T08:34:00.001+07:002013-04-27T08:34:30.645+07:00Ketika Bosan Bekerja<br />
Salah satu kebiasaan yang paling digemari oleh para karyawan muda ketika berkumpul dengan teman-teman adalah saling mengeluhkan keburukan kantor dan kejelekan atasan masing-masing.<br />
<br />
Selalu ada saja di antara kita yang merasa 'terpaksa' menjalani pekerjaannya, tidak bahagia bekerja di kantor, dll. Sebuah kondisi yang ironis sebenarnya.<br />
<br />
Alangkah indahnya jika kita dapat bekerja dengan hati yang senantiasa antusias. Nyatanya, tak diragukan kita pun tak luput dari rasa bosan dan mungkin kejengkelan. Kenapa bisa begitu?<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrA_Mawsq16cEQhRfx0NQPU0rpwXmrCbndfSq5RvMkOaTlCFnys0NGjuBIf5LIq5oA-S94jrm6K0vAW8-4-_huHd0ZwIK4nAJhw5-wW4t-xlwljZZxVy159MRggepD7-e8yYi-4asjnjaD/s1600/bekerja-1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="340" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrA_Mawsq16cEQhRfx0NQPU0rpwXmrCbndfSq5RvMkOaTlCFnys0NGjuBIf5LIq5oA-S94jrm6K0vAW8-4-_huHd0ZwIK4nAJhw5-wW4t-xlwljZZxVy159MRggepD7-e8yYi-4asjnjaD/s400/bekerja-1.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
Dalam kitab Kejadian, kita belajar bahwa Tuhan menempatkan manusia di dunia untuk menjadi pekerja, bukan sekadar penikmat. Tuhan memberi Adam sarana untuk mengaktualisasikan dirinya lewat tugasnya mengelola Taman Eden.<br />
<br />
Sayangnya, setelah Adam jatuh ke dalam dosa, manusia harus berkeringat dalam bekerja (Kejadian 3:17-19). Pekerjaan dapat menjadi beban yang berat dan rutinitas yang membosankan.<br />
<br />
Bagaimana mengatasinya? Yang terutama, kita perlu menyadari keterlibatan Tuhan dalam pekerjaan kita. Jika kita bekerja sekadar untuk mencari uang atau menyenangkan orang lain, kejenuhan gampang muncul.<br />
<br />
Ketika kita merasa hambar dalam bekerja, kemungkinan kita perlu mengubah perspektif kita: bahwa pekerjaan adalah kesempatan dan kehormatan dari Tuhan bagi kita untuk turut berkarya dalam kerajaan-Nya.<br />
<br />
Mungkin kita juga perlu memikirkan metode dan cara kerja yang baru dan kreatif untuk menghindari kejenuhan.<br />
<br />
<b><i>Pekerjaan semestinya bukan menjadi sumber kebosanan, melainkan suatu kehormatan yang mendatangkan sukacita.</i></b><br />
<br />
* * *<br />
<br />
Penulis: Olivia Elena | e-RH, 27/4/2013<br />
<br />
(diedit seperlunya)<br />
<br />
==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7092814666244503072.post-35488724322684660592013-04-23T07:47:00.000+07:002013-04-23T09:01:45.367+07:00Makna Sebuah Pekerjaan<br />
Ketika saya mulai mengikuti program pascasarjana, dosen pembimbing memberikan suatu nasihat. Ia mengatakan, meskipun dirinya menjadi sponsor atas proyek penelitian yang saya kerjakan, saya harus memandang dan menganggap proyek itu sebagai proyek pribadi saya.<br />
<br />
Saya harus berpikir bahwa saya bukan sedang mengabdi kepadanya, melainkan kepada masyarakat dan masa depan saya sendiri. Pemikiran ini, menurutnya, penting untuk mendorong saya bekerja dengan bersungguh-sungguh.<br />
<br />
Keseriusan kita dalam mengerjakan sesuatu sering kali memang ditentukan oleh makna yang kita berikan pada pekerjaan tersebut. Konsep inilah yang melatarbelakangi nasihat Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose berikut ini.<br />
<br />
"Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23)<br />
<br />
Secara khusus, Paulus memberikan penjelasan mengenai pekerjaan para hamba. Ia menasihati mereka untuk memaknai pekerjaan mereka sebagai pelayanan kepada Tuhan, yang pasti akan dibalas-Nya dengan upah surgawi.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_wlVu8xLAA2nX8F9WOpwi6vYmKEYRpXj5E4YMUx4yCvxnRroxP_gYVbcz8hE7MT7xAKYXj9TnuKozsmiyqHnWzefiqzhg70n4jPWogycSTTc6Eze427oI_mnpvq3T9T_A0265l6Dcngad/s1600/pekerjaan-2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="245" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_wlVu8xLAA2nX8F9WOpwi6vYmKEYRpXj5E4YMUx4yCvxnRroxP_gYVbcz8hE7MT7xAKYXj9TnuKozsmiyqHnWzefiqzhg70n4jPWogycSTTc6Eze427oI_mnpvq3T9T_A0265l6Dcngad/s400/pekerjaan-2.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
Paulus percaya bahwa dengan pemaknaan ini, mereka akan mampu mengerjakan pekerjaan mereka dengan berintegritas dan tulus hati. Pemaknaan semacam itu bukan hanya berlaku bagi para hamba, namun juga bagi kita semua dalam mengerjakan tugas apa pun.<br />
<br />
Tugas harian kita sebagai pekerja, ibu rumah tangga, pelajar, dan sebagainya kadang terasa melelahkan, bahkan menyebalkan. Adakalanya kita melakukannya dengan malas-malasan.<br />
<br />
Akan tetapi, kalau kita memaknainya sebagai pelayanan yang berharga di mata Tuhan, niscaya kita akan terdorong untuk terus berusaha mengerjakannya dengan sebaik mungkin.<br />
<br />
<b><i>Memaknai tugas sebagai pelayanan kepada Tuhan menggugah kita untuk meraih keunggulan.</i></b><br />
<br />
* * *<br />
<br />
Penulis: Alison Subiantoro | e-RH, 23/4/2013<br />
<br />
(diedit seperlunya)<br />
<br />
==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7092814666244503072.post-772481101536129262013-04-17T08:19:00.001+07:002013-04-17T09:25:53.267+07:00Agama dan Ilmu Pengetahuan<br />
Beberapa tahun terakhir terjadi perdebatan ramai antara ilmu pengetahuan dan agama. Baik dalam soal etika kloning dan sel punca, atau soal teori evolusi. Yang paling mutakhir, mungkin adalah klaim bahwa alam semesta bisa tercipta tanpa campur tangan Tuhan.<br />
<br />
Sedikit banyak, hal ini bisa membuat kita bertanya-tanya apakah ilmu pengetahuan memang bertentangan dengan iman. Apakah memang orang beriman tidak boleh terlibat dalam pengembangan ilmu pengetahuan?<br />
<br />
Kitab Suci justru mendorong orang untuk mencari pengetahuan. "Pengetahuan" di sini merujuk pada segala ilmu yang membuat seseorang lebih pandai dan dewasa secara karakter. Ilmu pengetahuan alam dan teknologi —yang kerap mengandung isu yang bisa diperdebatkan— tentu termasuk di dalamnya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicjjy-KDlEdEey98Wm1Cr2z99Y37ec6jkuDQhoLlYHYpIwidXF8VReFsvt2QO1J41u2LYCyDiCRGgTCzdOWSNV_mo0Jum4s-1Fh3pFapoSTw5jWHlVgNm9g8vPtswABI7g6sP_gIBDSO0g/s1600/ilmu+pengetahuan.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicjjy-KDlEdEey98Wm1Cr2z99Y37ec6jkuDQhoLlYHYpIwidXF8VReFsvt2QO1J41u2LYCyDiCRGgTCzdOWSNV_mo0Jum4s-1Fh3pFapoSTw5jWHlVgNm9g8vPtswABI7g6sP_gIBDSO0g/s400/ilmu+pengetahuan.png" width="400" /></a></div>
<br />
Orang-orang yang tidak mau berusaha menjadi lebih pintar (berhikmat) dan menerima didikan justru disebut orang bodoh. Lebih jauh, frasa "takut akan Tuhan" selalu memiliki arti "hormat, mengagungkan, dan memuliakan Dia".<br />
<br />
Maka, setiap ilmuwan yang menggali dan mengembangkan pengetahuan dengan hormat dan kekaguman kepada Tuhan akan menemukan kebenaran luar biasa atas misteri alam semesta. Sebab, Dialah Sang Pencipta, sumber segala pengetahuan.<br />
<br />
Dengan takut akan Tuhan kita dapat menerapkan pengetahuan untuk memuliakan Dia.<br />
<br />
Jadi, kita tak perlu ragu terlibat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Juga tak perlu ragu mendorong anak-anak dan orang-orang di sekitar kita untuk mempelajarinya, dengan selalu menjadikan Tuhan sebagai pusat pembelajaran kita. —ALS<br />
<br />
<b><i>Kejarlah dan kembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan landasan takut akan Tuhan.</i></b><br />
<br />
* * *<br />
<br />
Sumber: e-RH, 5/8/2011<br />
<br />
(diedit seperlunya)<br />
<br />
==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7092814666244503072.post-90714224349743635922013-03-25T09:22:00.000+07:002013-03-25T10:37:57.450+07:00Terus Bergerilya<br />
Perang Dunia II telah usai. Namun, Letnan Dua Hiroo Onoda, prajurit Jepang yang bertugas di Pulau Lubang, Filipina, tidak percaya. Ia memilih bersembunyi di hutan.<br />
<br />
Ia menganggap selebaran, surat, foto, atau koran yang dijatuhkan dari pesawat terbang sebagai tipu muslihat musuh. Selama hampir 30 tahun ia terus berjuang sebagai gerilyawan.<br />
<br />
Pada 1974, seorang mahasiswa Jepang melacak jejaknya dan menemukannya. Namun, ketika diajak pulang, Onoda menolak.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPp7qYwthMpuz7U7UEFfCMpBqJXl1iEM6eUZmnm69Qej1SV9tku_cs-DOI4OPH2qvhUlGjuFjhDd4EVzNSMVYGTbfpg6ukYwdC9S2O7vbND4GMg7sylk6S4rU3h5dbe3895_B2T6QrTiOb/s1600/Hiroo+Onoda-2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPp7qYwthMpuz7U7UEFfCMpBqJXl1iEM6eUZmnm69Qej1SV9tku_cs-DOI4OPH2qvhUlGjuFjhDd4EVzNSMVYGTbfpg6ukYwdC9S2O7vbND4GMg7sylk6S4rU3h5dbe3895_B2T6QrTiOb/s320/Hiroo+Onoda-2.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: xx-small; text-align: start;">Hiroo Onoda saat Perang Dunia II (1944), dan 30 tahun kemudian (1974) setelah ditemukan.</span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
Akhirnya, pemerintah Jepang mengutus mantan komandan Onoda, Mayor Yoshimi Taniguchi, mendatangi dan memerintahkannya untuk meletakkan senjata. Barulah Onoda menurut dan bersedia pulang ke negerinya.<br />
<br />
Hidup Onoda pun berubah. Ia tidak lagi menyerang para petani Filipina. Dan, di Jepang, ia menggalang dana beasiswa bagi anak-anak para petani itu.<br />
<br />
Pada 1996 ia berkunjung kembali ke Pulau Lubang dan menyerahkan sumbangan sebesar 10.000 dolar untuk sekolah setempat.<br />
<br />
Ia berterima kasih kepada penduduk pulau itu, yang membiarkannya terus hidup selagi ia bersikeras tetap menjadi prajurit gerilya walaupun perang telah usai.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhn5Gw8Sa8pTLyrF98o-6Ou2oCO5s-q1NGFdjwec9hR_2z48vk7HJFMd9wuFYkNkQk0jBAIpiuxjuiIzxXK7y6YiQ95E7Q2bH78JRAStz31_jFVPcDqhmXND-4Rg5i2vRYuU_fY8B4JID6D/s1600/Hiroo+Onoda-4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="268" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhn5Gw8Sa8pTLyrF98o-6Ou2oCO5s-q1NGFdjwec9hR_2z48vk7HJFMd9wuFYkNkQk0jBAIpiuxjuiIzxXK7y6YiQ95E7Q2bH78JRAStz31_jFVPcDqhmXND-4Rg5i2vRYuU_fY8B4JID6D/s320/Hiroo+Onoda-4.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: xx-small; text-align: start;">Hiroo Onoda pada masa tuanya.</span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
Kesadaran akan identitas diri kita tak ayal memengaruhi perilaku kita. Sebagai umat yang telah dipanggil Tuhan dan dimerdekakan dari belenggu dosa, kita perlu memiliki cara hidup yang baru, yaitu cara hidup yang selaras dengan panggilan itu.<br />
<br />
Ya, alih-alih terus berkutat dengan dosa, bukankah sepatutnya kita bersukacita merayakan kemerdekaan yang telah dianugerahkan-Nya dengan penuh rasa syukur?<br />
<br />
* * *<br />
<br />
Penulis: Arie Saptaji | e-RH, 25/3/2013<br />
<br />
Judul asli: Masih Bergerilya<br />
<br />
(diedit seperlunya)<br />
<br />
==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7092814666244503072.post-50149153819489881342013-03-23T09:12:00.000+07:002013-03-23T09:13:48.987+07:00Kekayaan<br />
Fortune adalah majalah bisnis di Amerika yang didirikan oleh Henry Luce pada 1930. Majalah ini dikenal oleh masyarakat dunia karena kerap menuliskan daftar orang terkaya di dunia.<br />
<br />
Daftar tersebut selalu menimbulkan daya tarik tersendiri bagi orang banyak. Mungkin karena kekayaan adalah hal yang selalu dicari oleh manusia.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2ziuxuZXF-HJrgdw1QNpF4rRQUQhx7bs1nIEkm9M9Y2dHSQJr4q5dlP1ZL_8tthdjex8W2VQp_3KXTDnulxVNn3p1SNFCBz7Gn2fBaEDsDbpnd1_LheOqZ1wfRRb7JBRYMmo6HezaG3tw/s1600/kekayaan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2ziuxuZXF-HJrgdw1QNpF4rRQUQhx7bs1nIEkm9M9Y2dHSQJr4q5dlP1ZL_8tthdjex8W2VQp_3KXTDnulxVNn3p1SNFCBz7Gn2fBaEDsDbpnd1_LheOqZ1wfRRb7JBRYMmo6HezaG3tw/s320/kekayaan.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Alkitab sendiri <b>tidak</b> mencatat bahwa kekayaan atau menjadi kaya itu salah. Justru Alkitab mencatat kekayaan sebagai salah satu berkat dari Tuhan.<br />
<br />
Akan tetapi, apabila kita tidak berhati-hati, kekayaan dapat mengarahkan hati kita pada kesombongan dan makin menjauh dari Tuhan seperti yang dilakukan oleh bangsa Israel pada zaman Nabi Yesaya.<br />
<br />
Pada saat itu bangsa Israel sedang berada dalam kondisi makmur. Namun, kondisi tersebut tidak membuat mereka bersyukur kepada Tuhan. Mereka malah menjauh dari Tuhan, menyembah berhala, dan menjadi sombong. Allah pun menegur dan menghukum mereka.<br />
<br />
Berhati-hati dan waspadalah terhadap kekayaan. Prinsip yang mengatakan bahwa "segala sesuatu bisa dilakukan asal ada uang" memang banyak berlaku di mana-mana.<br />
<br />
Prinsip itulah yang biasanya membuat diri kita merasa mampu melakukan segala sesuatu tanpa pertolongan Tuhan, dan akhirnya membuat kita menjauh dari-Nya serta menjadi sombong takabur.<br />
<br />
Menjadi kaya bukanlah hal yang keliru. Akan tetapi, kita harus memandang kekayaan sebagai berkat atau pemberian dari Tuhan. Karena hanya dengan cara itulah kita dapat bersyukur kepada Tuhan dan menjaga hati kita untuk tidak sombong. —RY<br />
<br />
<b><i>Menjadi kaya bukan dosa tetapi mencari dan memakai kekayaan dengan cara yang salah, itu dosa.</i></b><br />
<br />
* * *<br />
<br />
Sumber: e-RH, 21/6/2011 (diedit seperlunya)<br />
<br />
==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7092814666244503072.post-34173878487616853232013-03-08T10:00:00.000+07:002013-03-08T11:44:47.888+07:00Istirahat<br />
Berapa banyak di antara kita yang saat ini disibukkan oleh berbagai pekerjaan, pelayanan, urusan keluarga, relasi sosial, dan hal-hal lain? Disadari atau tidak, diakui atau tidak, banyak di antara kita dewasa ini yang sangat sibuk sampai-sampai tidak bisa beristirahat atau hanya memiliki sedikit waktu untuk beristirahat.<br />
<br />
Kerja... kerja... dan kerja. Aktivitas demi aktivitas datang silih berganti atau malah bersamaan. Tak heran jika orang lantas cenderung menjadi gampang tersinggung, kesal, dan marah, menderita sakit kepala, sakit punggung, selalu merasa lelah, penat, letih, lesu, tak berdaya, dan kehilangan minat.<br />
<br />
Hati-hati jika kita telah menunjukkan tanda-tanda itu, sebab kita mungkin sudah mengalami suatu kondisi yang oleh Herbert Freudenberger dikategorikan sebagai <i>burnout</i>, yaitu kelelahan fisik, emosional, dan mental.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWjz4pJj0vMoh74JbDiR4itv9rmlp8oIXd7vMnGwq5HxcTwdM_KkXi3LLiKAKqjdDhER7r3CR-d8waexn-CedUDjLlmR3s2Tacc2UMAgGFzez9xYJ7ek4cC5jDfj52Sbcd0iwcNkH56iYA/s1600/burnout-1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWjz4pJj0vMoh74JbDiR4itv9rmlp8oIXd7vMnGwq5HxcTwdM_KkXi3LLiKAKqjdDhER7r3CR-d8waexn-CedUDjLlmR3s2Tacc2UMAgGFzez9xYJ7ek4cC5jDfj52Sbcd0iwcNkH56iYA/s320/burnout-1.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Gejala lain dari <i>burnout</i> antara lain: sukar tidur, mengalami gangguan pencernaan, merasa sedih, enggan berangkat kerja, sering absen, menarik diri, sinis, merasa gagal, merasa ragu-ragu, kehilangan motivasi, berprasangka, butuh waktu lebih lama untuk melakukan tugas, lari dari tanggung jawab.<br />
<br />
Banyak hal yang bisa menyebabkan orang mengalami <i>burnout</i>, antara lain: terlalu banyak kerja tanpa cukup waktu untuk relaksasi dan sosialisasi, tidak cukup tidur, pekerjaannya kurang diakui atau kurang dihargai, terlalu dituntut, rutinitas, dan perfeksionis.<br />
<br />
<i>Burnout</i> memang tidak terjadi dalam semalam. Itu merupakan proses yang berangsur-angsur terjadi dalam jangka waktu tertentu. Jika kita tidak memedulikan tanda peringatan, maka keadaan akan menjadi semakin buruk.<br />
<br />
Apa yang Anda cari dalam hidup ini dengan jerih payah Anda? Kesuksesan, kekayaan, prestasi, kemuliaan, kebahagiaan? Janganlah terlalu kejam kepada diri sendiri. Ambillah waktu untuk beristirahat.<br />
<br />
Nikmatilah hidup yang diberikan Tuhan. Syukurilah segala sesuatu yang telah diberikan Tuhan dalam hidup kita. Upayakan untuk menjaga keselarasan atau keseimbangan hidup: bekerja, beraktivitas, istirahat, bersantai, berolahraga, dan bersaat teduh.<br />
<br />
* * *<br />
<br />
Penulis: Liana Poedjihastuti<br />
<br />
Sumber: KristusHidup.org, 8/3/2013<br />
<br />
(diedit seperlunya)<br />
<br />
==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7092814666244503072.post-44512012076789617012013-03-07T09:22:00.000+07:002013-03-08T17:38:41.028+07:00Dunia Gemerlap<br />
Sekitar setahun saya bekerja di sebuah majalah gaya hidup. Beberapa kali saya ditugaskan meliput acara sosial yang dihadiri kaum jetset Jakarta.<br />
<br />
Tamu acara ini biasanya tampil dengan pakaian dan aksesoris rancangan desainer ternama, menenteng tas bermerek terkenal, dan mengenakan sepatu berharga jutaan rupiah.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhM1t_C-a8rJi3LmJu2C8n5OUS4lD0L8J7Wc-kjOwcwQ4Du7Fm-oSL6j5RgVFdw2TIYteJENWV9gl4j6SXUgfwKVxjbqv4UN4_8UVG_CMIFdo6NMxMIQ0WhjjPUe7g2uFq_0tdvVDyHhzuD/s1600/penampilan-1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="214" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhM1t_C-a8rJi3LmJu2C8n5OUS4lD0L8J7Wc-kjOwcwQ4Du7Fm-oSL6j5RgVFdw2TIYteJENWV9gl4j6SXUgfwKVxjbqv4UN4_8UVG_CMIFdo6NMxMIQ0WhjjPUe7g2uFq_0tdvVDyHhzuD/s320/penampilan-1.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Belakangan saya mendapat info, sebagian dari tamu tersebut bukanlah kaum sosialita betulan. Mereka hanya meminjam perlengkapan mewah itu dari tempat persewaan.<br />
<br />
Obsesinya? Agar dianggap keren, bisa masuk ke lingkaran pergaulan jetset, difoto dan ditampilkan dalam majalah gaya hidup.<br />
<br />
Obsesi manusia akan penampilan yang gemerlap bukanlah barang baru. Kaum Farisi ribuan tahun yang lalu sudah dikenal sangat memerhatikan pernak-pernik penampilan ini.<br />
<br />
Saat berpuasa, mereka memastikan diri tampil dengan gaya yang menunjukkan kekhusyukan ibadah mereka. Dalam ritual pentahiran yang kerap mereka lakukan, berbagai cawan dan pinggan dibersihkan hingga berkilau.<br />
<br />
Cawan yang hanya dibersihkan bagian luarnya, dan kuburan yang dilabur putih (pada zaman itu kuburan ditandai dengan warna putih agar tidak disentuh orang) adalah metafora untuk orang yang hanya memerhatikan hal-hal lahiriah, tetapi lupa bahwa Tuhan melihat hati.<br />
<br />
Penampilan luar tentu perlu dijaga, namun jangan untuk pamer atau menutupi kedangkalan rohani. Marilah kita mengutamakan hal-hal yang bermakna dan berharga di mata Tuhan.<br />
<br />
<b><i>Manusia kerap melihat kemolekan kulit, tetapi Tuhan menilai keelokan hati.</i></b><br />
<br />
* * *<br />
<br />
Penulis: Olivia Elena<br />
<br />
Sumber: e-RH, 7/3/2013<br />
<br />
(diedit seperlunya)<br />
<br />
==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7092814666244503072.post-21221678617067117342013-03-05T09:02:00.000+07:002013-03-05T09:02:24.985+07:00Curang<br />
Dalam sebuah perjalanan dengan kereta api dari Semarang ke Jakarta, saya menyaksikan sebuah iklan layanan masyarakat tentang praktik berdagang yang jujur.<br />
<br />
Di situ digambarkan ada seorang ibu yang membeli gula di pasar. Setelah menerima barangnya, si ibu curiga bahwa gula yang ia terima lebih sedikit daripada yang seharusnya.<br />
<br />
Maka, ia pergi ke pos uji ulang yang ada di pasar itu. Ternyata benar bahwa ia telah ditipu. Ia pun kembali kepada pedagang yang menjual gula kepadanya dan memperingatkan konsekuensi hukum bagi mereka yang berdagang dengan timbangan yang curang.<br />
<br />
Tuhan juga sangat peduli dengan praktik bisnis yang jujur. Kita baca di Kitab Suci bagaimana Tuhan marah kepada orang-orang yang melakukan kecurangan dalam menjalankan usaha. Baik itu dengan menggunakan takaran yang kurang, timbangan yang menipu, tindak kekerasan, maupun perkataan dusta.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg10bnxcacyxLr9EZZXzCrciXeAPbUVJRkparA2tUlXs4CAqFVvFipVy9BgFERldhc1E5TslixCBlBkRJKCLUmwYBVU2iOuworm04mUpaulBQc1o_T1RLBM6ZOfgs5v88baDmoM5F5AJlrg/s1600/pedagang.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg10bnxcacyxLr9EZZXzCrciXeAPbUVJRkparA2tUlXs4CAqFVvFipVy9BgFERldhc1E5TslixCBlBkRJKCLUmwYBVU2iOuworm04mUpaulBQc1o_T1RLBM6ZOfgs5v88baDmoM5F5AJlrg/s320/pedagang.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Atas kecurangan ini, Tuhan menyatakan penghukuman dengan menarik berkat-berkat-Nya atas mereka.<br />
<br />
Dalam menjalankan sebuah usaha, memang kita berusaha mencari keuntungan. Akan tetapi, umat Tuhan harus melakukannya dengan cara yang jujur dan menjadi berkat bagi orang lain. Sebab, Tuhan jijik terhadap praktik-praktik curang.<br />
<br />
Bahkan, hukum juga memandang kecurangan sebagai pelanggaran. Dalam etika dunia usaha pun, meski mungkin sempat mendapat untung lebih besar, mereka yang suka menipu akhirnya akan ditinggalkan oleh para pelanggan.<br />
<br />
Jadi, jalankanlah setiap usaha kita dengan jujur. Dan, jadilah berkat lewat cara kita menjalankan usaha. —ALS<br />
<br />
<b><i>Tak ada guna curang demi mendapat keuntungan lebih, sebab sesudahnya hati kita tak akan tenteram.</i></b><br />
<br />
* * *<br />
<br />
Sumber: e-RH, 12/5/2011 (diedit seperlunya)<br />
<br />
==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7092814666244503072.post-49174956181382314182013-02-15T08:31:00.000+07:002013-02-15T08:31:23.377+07:00Pantas atau Tidak?<br />
Sari berang. Istri pendeta tadi menegurnya di gereja, karena ia mengenakan kaus dan rok mini ketika mengikuti ibadah Minggu. "Kita perlu berpakaian pantas saat beribadah," kata istri sang pendeta.<br />
<br />
Di dalam hati Sari mengumpat, "Apanya yang tidak pantas? Tidak bolehkah aku mengikuti perkembangan mode? Apakah menurut Alkitab, memakai rok mini itu dosa?"<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZacsoW4KH9tKQuHPQ0Nx5LlEXqdrHzKxuv0oQJLU7rl7-od8Y9q8VsBMN_pVPZJVJ2seGjbMnb0pQhkB3A6oda20IlaEIqbTqmv8i0MhykxLOCJUzft8ZPvkd3oC96Gv0n_mE8jZ5o35S/s1600/rok+mini.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZacsoW4KH9tKQuHPQ0Nx5LlEXqdrHzKxuv0oQJLU7rl7-od8Y9q8VsBMN_pVPZJVJ2seGjbMnb0pQhkB3A6oda20IlaEIqbTqmv8i0MhykxLOCJUzft8ZPvkd3oC96Gv0n_mE8jZ5o35S/s320/rok+mini.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Pantas artinya: cocok, sesuai, patut, atau layak. Berbicara soal kepantasan tidak selalu berkaitan dengan dosa. Ini menyangkut hikmat dalam membawa diri, sesuai dengan status dan lingkungan.<br />
<br />
Di Israel, misalnya, tidak ada larangan bagi raja untuk minum anggur. Rakyat jelata pun biasa minum anggur sampai mabuk guna melupakan sejenak kesusahan hidup.<br />
<br />
Dalam pesta perjamuan raja, minum anggur adalah hal biasa. Namun, seorang raja bernama Lemuel dinasihati ibunya agar tidak minum anggur.<br />
<br />
"Tidaklah pantas bagi raja minum anggur," katanya. Mengapa? Minuman keras bisa memabukkan. Jika seorang kepala negara mabuk, ia tidak dapat memutuskan perkara dengan benar dan adil. Akibatnya, rakyat bisa menjadi korban ketidakadilan dan penindasan!<br />
<br />
Bicara soal kepantasan bukan melulu mempersoalkan benar salahnya suatu tindakan. Ada hal yang tidak salah, tetapi tidak pantas dilakukan oleh seorang dengan status atau jabatan tertentu. Orang lain bisa tersandung jika ia melakukannya.<br />
<br />
Sering-seringlah bertanya pada diri sendiri: Sudahkah saya bersikap, berperilaku, berbicara, dan berpenampilan pantas sesuai status yang saya sandang? —JTI<br />
<br />
<b><i>Hanya anak kecil yang selalu bertanya "boleh atau tidak". Seorang dewasa perlu bertanya "pantas atau tidak".</i></b><br />
<br />
* * *<br />
<br />
Sumber: e-RH, 27/4/2011 (diedit seperlunya)<br />
<br />
Judul asli: Pantaskah?<br />
<br />
==========<br />
Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7092814666244503072.post-35413056807979012412013-02-02T09:15:00.001+07:002013-02-02T09:15:57.599+07:00One Man Show<br />
"Delapan dari sepuluh pebisnis mengalami masalah ketika melakukan regenerasi kepada anaknya," ujar seorang <i>business coach</i> yang saya wawancarai.<br />
<br />
Menurutnya, pada masa seperti inilah biasanya perusahaan digoyang konflik. "Itu disebabkan karena si pengusaha senior sudah terbiasa menjadi superman!"<br />
<br />
Superman? Ternyata yang ia maksud adalah kecenderungan bersikap 'one man show', yakni keinginan untuk mengendalikan segala sesuatu seorang sendiri dan sulit untuk memercayai orang lain.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicrRh7TidHNppGSXaE2Ha39Ku5vVFuCOv5Xk4TRdmxOtoBwBMrMkgRgUiFpx_xWpJzGHN2m57OHPh9bRQOFOQRR9HcS5vvR565_kCAFarMReMcKK7IRyfo9fCrXnndmSNx7JtxjYabZ_vM/s1600/one+man+show.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="211" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicrRh7TidHNppGSXaE2Ha39Ku5vVFuCOv5Xk4TRdmxOtoBwBMrMkgRgUiFpx_xWpJzGHN2m57OHPh9bRQOFOQRR9HcS5vvR565_kCAFarMReMcKK7IRyfo9fCrXnndmSNx7JtxjYabZ_vM/s320/one+man+show.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Sindrom yang kerap menjangkiti pebisnis senior ini adalah merasa paling tahu dan paling andal dalam menjalankan bisnis.<br />
<br />
Akibatnya, putra-putri yang seharusnya dididik sejak dini untuk menjadi penerus malah merasa tersisih dan akhirnya alih generasi tidak berlangsung secara mulus.<br />
<br />
Seorang pebisnis sibuk mengembangkan usahanya. Apakah itu salah? Tidak. Masalahnya adalah ketika ia mencurahkan seluruh jiwa dan hidupnya demi bisnisnya itu. Orang sekarang menyebutnya 'workalholic'. Ia tamak dalam bekerja dan mengeruk laba.<br />
<br />
Tamak, dalam bahasa Yunani adalah <i>pleonexia</i>, berarti keinginan yang tidak terkendali, tidak ada habisnya. Orang ini sibuk menjadi superman sampai lupa akan hal-hal yang lebih penting dan lebih abadi.<br />
<br />
Bagaimana dengan kita? Apakah kita merasa serba mampu dan mandiri hingga lupa akan anugerah-Nya yang memampukan kita berkarya?<br />
<br />
Apakah kita masih meluangkan waktu untuk membagikan pengetahuan dan kecakapan kepada generasi penerus kita? —Olivia Elena<br />
<br />
<b><i>Harta seharusnya hanya merupakan alat. Ketamakan membuatnya berbalik memperalat kita.</i></b><br />
<br />
* * *<br />
<br />
Sumber: e-RH, 18/1/2013 (diedit seperlunya)<br />
<br />
Judul asli: Superman<br />
<br />
==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7092814666244503072.post-88207639390410521452013-01-25T08:15:00.000+07:002013-01-25T08:15:24.843+07:00Membuang Makanan<br />
National Resources Defense Counsel, badan ketahanan pangan nasional AS, pada Agustus 2012 mengeluarkan laporan mengejutkan.<br />
<br />
Menurut surveinya, warga AS membuang 40% makanan mereka. Nilainya setara dengan 165 miliar dolar per tahun, atau lebih dari 10 kilogram per orang per bulan. Dampaknya luas.<br />
<br />
Warga AS menderita obesitas paling parah di dunia. Mereka juga memboroskan penggunaan lahan, air segar, dan sekian banyak bahan kimia.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpL6_ED1hops_LvFpDGaoco75WM6Vw72rKf_v7kbzLQm0mFzPQ1jNFoEyu80sXG6__Lny0XwLTQTKFR0WWH_IXhWpc2a-p4d8N7AaJyK_LFh4v9EIGfch9ymAKB9G_NI0YKiYMsA9hDzOb/s1600/makanan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpL6_ED1hops_LvFpDGaoco75WM6Vw72rKf_v7kbzLQm0mFzPQ1jNFoEyu80sXG6__Lny0XwLTQTKFR0WWH_IXhWpc2a-p4d8N7AaJyK_LFh4v9EIGfch9ymAKB9G_NI0YKiYMsA9hDzOb/s320/makanan.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Belum lagi, limbah makanan itu menyumbangkan 25% emisi gas metana di negeri itu.<br />
<br />
Misalkan mereka membuang makanan hanya sebanyak 15%, maka 25 juta orang akan dapat menikmati kecukupan pangan selama setahun penuh. Sebuah potret yang membuat kita mengelus dada.<br />
<br />
Makanan terlalu berharga untuk dihamburkan. Tahukah Anda bahwa makanan adalah pemberian pertama Tuhan yang tercatat di dalam Kitab Suci?<br />
<br />
Tuhan menciptakan alam semesta dengan firman-Nya. Puncaknya, Tuhan menciptakan manusia dan memberkati mereka. Tuhan memberikan tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan pohon-pohonan yang buahnya berbiji sebagai makanan manusia. Pemberian-Nya itu sesuatu yang baik bagi kesejahteraan manusia.<br />
<br />
Ketika menjumpai hidangan di meja makan, kita sedang menyambut pemberian yang baik dari Tuhan. Apakah kita sungguh-sungguh mengucap syukur atas makanan itu?<br />
<br />
Apakah kita memilih makanan secara arif? Apakah kita makan dengan pola makan yang sehat, tidak berlebihan, dan tidak menghamburkannya secara sembrono? —Arie Saptaji<br />
<br />
<b><i>Ketika kita menikmati makanan, kita menikmati pemeliharaan Tuhan.</i></b><br />
<br />
* * *<br />
<br />
Sumber: e-RH, 25/1/2013 (diedit seperlunya)<br />
<br />
==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7092814666244503072.post-37788252229943315442013-01-11T08:39:00.000+07:002013-01-11T08:39:48.678+07:00Bisnis Supaya Bisa Tidur<br />
Apakah Anda mengidap insomnia atau sindrom sulit tidur? Di Amerika Serikat, menurut laporan Time, belakangan semakin berkembang berbagai kesempatan bisnis sehubungan dengan insomnia.<br />
<br />
Diperkirakan, pada 2012, saat perekonomian mereka lesu, "bisnis tidur" ini meraup pendapatan lebih dari 32 miliar dolar, terus naik dari tahun-tahun sebelumnya.<br />
<br />
Mulai dari obat-obatan, tempat tidur, lilin terapi, sampai konsultan, bisnis ini menawarkan berbagai kebutuhan bagi mereka yang mengalami kesulitan tidur.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZM-sdlL9gSL6xtnlJ4oSqgz0hnXL2qx1YZJmR-MDsfRiH1k91V5tVWCXJFxQ40NQJSiCXC82puE288R0qsO6VrFop_o08KRuGb3GXOh84WKKSQ6-Qfat13iC4YrE6NuqJhUZw4J37Lk7n/s1600/sulit+tidur.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="203" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZM-sdlL9gSL6xtnlJ4oSqgz0hnXL2qx1YZJmR-MDsfRiH1k91V5tVWCXJFxQ40NQJSiCXC82puE288R0qsO6VrFop_o08KRuGb3GXOh84WKKSQ6-Qfat13iC4YrE6NuqJhUZw4J37Lk7n/s320/sulit+tidur.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Sulit tidur memang merepotkan dan dapat menguras biaya ekstra. Namun, kita yang bisa tidur lelap hari demi hari biasanya menganggap tidur nyenyak itu sebagai hal yang memang sudah seharusnya begitu.<br />
<br />
Jarang kita memikirkan arti penting dan manfaat tidur. Menariknya, Kitab Suci cukup banyak membicarakan aktivitas ini, dan kebanyakan menyorotinya secara positif.<br />
<br />
Tidur nyenyak itu tak lain adalah suatu berkat dari Tuhan. Tidur merupakan salah satu bentuk pemeliharaan dan penjagaan Tuhan atas hidup kita.<br />
<br />
Orang yang hatinya berpaut pada Tuhan akan sejahtera jiwanya, dan pada gilirannya tubuh lahiriah-nya pun akan dapat beristirahat dengan tenteram.<br />
<br />
Hari ini, saat terjaga dari tidur atau saat berbaring menjelang tidur, bagaimana jika kita meluangkan waktu untuk merenungkan berkat Tuhan yang unik ini?<br />
<br />
Biarlah kesadaran ini menolong kita mengembangkan pola tidur yang sehat: tidak berlebihan, tidak pula kerap bergadang. —ARS<br />
<br />
<b><i>Tidur adalah sebuah tindakan iman: menyerahkan keberadaan kita kepada Dia yang tidak pernah tidur.</i></b><br />
<br />
* * *<br />
<br />
Sumber: e-RH, 11/1/2013 (diedit seperlunya)<br />
<br />
Judul asli: Bisnis Tidur<br />
<br />
==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7092814666244503072.post-86426789579416319162013-01-07T07:47:00.001+07:002013-01-07T17:53:55.882+07:00Bahaya Kabar Angin<br />
Setiap tahun pada bulan November, rakyat dari seluruh pelosok Kamboja membanjiri ibu kota Phnom Penh untuk menghadiri Festival Air.<br />
<br />
Pada 2010, festival akbar ini berubah menjadi petaka: 450 orang tewas di Jembatan Berlian, pusat berlangsungnya festival.<br />
<br />
Para pengunjung panik karena tersebar kabar angin bahwa jembatan itu tidak stabil. Alhasil, banyak korban tewas terinjak sesamanya dan terjun ke Sungai Tonle Sap.<br />
<br />
Kabar angin dapat didengungkan secara iseng, namun dapat pula secara sengaja dengan disertai niat jahat. Efeknya tak jarang lebih kejam dari tikaman pedang tajam.<br />
<br />
Kabar angin, begitu dilontarkan, akan menyebar secara tak terkendali. Baik pencetus maupun penyebarnya tidak akan mampu mengontrol dampaknya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgN66u3ZtRCS8WCNib5Vy_zl9ygsz0m17tffRIsyeysiU1Q3phfUVGG8XUrEdrO7j96b7fbuUTf0ZOCNGJKyC-1b7JbxbwpGqYIOozSdVee_ebZS4xchou_UtVBW1nM7S0L5Jxh-tQjGuu0/s1600/kabar+angin.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgN66u3ZtRCS8WCNib5Vy_zl9ygsz0m17tffRIsyeysiU1Q3phfUVGG8XUrEdrO7j96b7fbuUTf0ZOCNGJKyC-1b7JbxbwpGqYIOozSdVee_ebZS4xchou_UtVBW1nM7S0L5Jxh-tQjGuu0/s320/kabar+angin.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Ada dua hal yang dibenci Tuhan berkaitan dengan kabar angin. Yang pertama: lidah dusta, mengacu pada pencetusnya. Yang kedua: saksi dusta, menunjuk pada penyebarnya.<br />
<br />
Mengapa Tuhan menyampaikan peringatan yang begitu keras tentang kedua hal itu?<br />
<br />
Si pencetus dan si penyebar kabar angin sama-sama pengecut, tidak memiliki sikap ksatria. Kejahatannya bukan hanya membunuh karakter seseorang, namun dapat pula memakan ribuan korban. Bahkan ada perang antarbangsa yang pecah gara-gara kabar angin.<br />
<br />
Kita perlu menjaga hati dan lidah dengan penuh kewaspadaan agar tidak mencetuskan atau menyebarkan kabar angin. Bagaimana menjaganya? Dengan mempersilakan firman Tuhan, yaitu firman kebenaran, menguasai hati kita. —SST<br />
<br />
<b><i>Lidah akan terkendali jika hati kita dikuasai oleh kebenaran.</i></b><br />
<br />
* * *<br />
<br />
Sumber: e-RH, 7/1/2013 (diedit seperlunya)<br />
<br />
Judul asli: Petaka Kabar Angin<br />
<br />
==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7092814666244503072.post-72897450194825876652013-01-01T18:35:00.002+07:002013-01-01T18:58:28.689+07:00Tirani Kebaruan<br />
Hal yang baru biasanya menyenangkan dan menyegarkan. Di tahun baru ini mungkin kita telah membeli baju baru, sepatu baru, dan barang-barang baru lainnya.<br />
<br />
Di satu sisi, memang membeli barang-barang baru merupakan keniscayaan karena tidak ada barang yang tahan selamanya. Barang yang sudah usang dan rusak perlu diganti dengan yang baru.<br />
<br />
Namun di sisi lain kita sering tidak sadar bahwa sistem pasar global menggiring kita untuk selalu membeli sesuatu yang lebih baru. Parahnya, sering kali kita tidak berdaya untuk menolak “paksaan” tersebut dan terpaksa ikut membeli sesuatu yang sebetulnya belum kita perlukan.<br />
<br />
Di semua bidang kehidupan ada tuntutan untuk ‘melek’ akan hal yang baru. Di bidang musik, misalnya, sebagian besar masyarakat selalu tidak mau ketinggalan untuk tahu lagu-lagu baru agar tidak dibilang ‘kuper’.<br />
<br />
Teknologi <i>hardware</i> dan <i>software</i> yang selalu berkembang pun menyeret masyarakat untuk selalu membeli dan mempelajari teknologi baru.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkQaafM-mWDhjfGzsxFvosHzIp2xbwfs5vxV5BYcWH5LxkOZXGjqrq0laCS90q6mgONDdxJceyOLIFFhWndjl5x4SpwzajlY9RTQIt46uTU2z2eQzA7HyjH4XX51WIkpK5IPvGhyphenhyphen1JwSTD/s1600/teknologi+baru.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="165" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkQaafM-mWDhjfGzsxFvosHzIp2xbwfs5vxV5BYcWH5LxkOZXGjqrq0laCS90q6mgONDdxJceyOLIFFhWndjl5x4SpwzajlY9RTQIt46uTU2z2eQzA7HyjH4XX51WIkpK5IPvGhyphenhyphen1JwSTD/s320/teknologi+baru.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Derasnya arus kebaruan yang menghanyutkan ini sering kali tidak disadari menjadi tirani bagi manusia. Tanpa sadar manusia telah diperbudak oleh hasrat untuk memiliki hal-hal terbaru.<br />
<br />
Tirani kebaruan merupakan tuan yang kejam. Ia membutakan mata kita akan nilai-nilai luhur dari hal-hal lama, dan memasung pandangan kita sehingga kita yakin bahwa hal-hal baru pasti lebih baik dibanding yang lama.<br />
<br />
Tirani kebaruan membuat kita tamak, tidak pernah puas, dan haus terus-menerus akan hal-hal baru. Ia meyakinkan kita bahwa bungkus lebih penting daripada isi, bahwa bentuk lebih utama daripada fungsi.<br />
<br />
Di awal tahun ini, marilah kita merenungkan apakah kita membeli barang-barang baru hanya sekadar demi kebaruan? Waspadalah, jangan-jangan kita adalah salah satu budak tirani kebaruan. —Danny Salim<br />
<br />
* * *<br />
<br />
Sumber: KristusHidup.org, 1/1/2013 (diedit seperlunya)<br />
<br />
==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7092814666244503072.post-58591807889001048392012-12-18T08:41:00.000+07:002012-12-18T09:56:31.336+07:00Lonceng dan Kereta Salju<br />
Apa lagu Natal favorit Anda? Banyak orang senang menyanyikan lagu Jingle Bells, bahkan menjadikannya bagian dari ibadah / perayaan Natal.<br />
<br />
Tahukah Anda bahwa lirik asli lagu ini bercerita tentang asyiknya naik kereta salju dengan lonceng yang berdentang sepanjang jalan? Sama sekali tak berkaitan dengan kelahiran Yesus.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdZPZ12_w5PRArFiQ5HkV244jllEcNAG_fSwYuZBNlfvWRqTR1fNHSiVQgSsfohi9FQ9t4muRawBlCREK4GF_sUdJOWgcwWjgOCFga32XXlJGsOGopYVFrIcdIAUaZr2UhcnOCnbgHOxod/s1600/Jingle+Bells.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="282" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdZPZ12_w5PRArFiQ5HkV244jllEcNAG_fSwYuZBNlfvWRqTR1fNHSiVQgSsfohi9FQ9t4muRawBlCREK4GF_sUdJOWgcwWjgOCFga32XXlJGsOGopYVFrIcdIAUaZr2UhcnOCnbgHOxod/s320/Jingle+Bells.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Memang dalam bahasa Indonesia liriknya diubah, tetapi, entah berapa banyak orang yang menyadarinya. Kerap sesudah menyanyikan lirik bahasa Indonesia, orang menyambungnya dengan lirik bahasa Inggris.<br />
<br />
Bukan hanya saat Natal, mungkin saja kita memang jarang berpikir panjang tentang apa yang kita nyanyikan saat ibadah.<br />
<br />
Tidak demikian halnya dengan pemazmur. Ia menasihati jemaat yang datang beribadah: “Ketahuilah siapa Tuhan yang kamu sembah dan siapa kamu di hadapan-Nya!”<br />
<br />
Kata ‘ketahuilah’ di sini bukan sekadar mengetahui informasi tentang Tuhan, tetapi mengenal Dia dengan akrab, sehingga ketika ada pernyataan-pernyataan yang keliru tentang Dia, kita dapat segera meluruskannya.<br />
<br />
Jemaat harus tahu jelas kepada siapa penyembahan mereka ditujukan. Penghormatan, rasa syukur, dan pujian sejati lahir dari pengenalan yang akrab tentang Pribadi dan karya Tuhan.<br />
<br />
Tanpa pikir panjang, kita bisa memiliki cara pandang atau membuat pernyataan yang keliru tentang Tuhan.<br />
<br />
Sambil mempersiapkan Natal di tempat kita masing-masing, mari pikirkan baik-baik acara-acara perayaan yang diadakan, serta lagu-lagu yang diperdengarkan.<br />
<br />
Apakah Pribadi dan karya Tuhan dinyatakan dengan benar di sana? Apakah melaluinya orang akan dibawa untuk mengakui kebesaran Tuhan, makin mengasihi dan menghormati-Nya? —LIT<br />
<br />
<b><i>Apa yang kita nyatakan tentang Tuhan menggambarkan apa yang kita pikirkan tentang Dia.</i></b><br />
<br />
* * *<br />
<br />
Sumber: e-RH, 17/12/2012 (diedit seperlunya)<br />
<br />
==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7092814666244503072.post-61887588317064598832012-11-10T09:12:00.002+07:002012-11-10T10:21:44.444+07:00Uban<br />
Menjelang usia lima puluh tahun, semburat abu-abu semakin memutih di sela-sela rambut hitam di kepala saya. Selamat datang uban! Akhirnya saya beruban juga dan merasa bahagia karenanya.<br />
<br />
Ya, uban akan sedikit mengeliminasi rasa kesal, jengkel, dan tak jarang sikap konyol saya, ketika orang-orang tua [yang terkadang usianya tidak terpaut banyak dengan saya] gemar memanggil saya, “Nang! Nyo! Nak! Cung!...”<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjM9W4vYH7yNY6E7U4kAvDMRPePjEnPd-5dU9MmpS_OqSYNL7-XCy0yMQK5RNrbFNZIMBK_eAhL5jAE7vKalEqWqBST8hxwswHNBE447eu_nXbFqkP6q8TdPKb2se9zNMbFkTq7JWGe9NFe/s1600/uban.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="219" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjM9W4vYH7yNY6E7U4kAvDMRPePjEnPd-5dU9MmpS_OqSYNL7-XCy0yMQK5RNrbFNZIMBK_eAhL5jAE7vKalEqWqBST8hxwswHNBE447eu_nXbFqkP6q8TdPKb2se9zNMbFkTq7JWGe9NFe/s320/uban.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Itu semua mengindikasikan bahwa saya ini anak lelaki belasan tahun, yang baru akil balik. Ah, saya ini sudah 48 tahun! Uban, setidaknya akan menyelamatkan saya dari sapaan satiris dan kekasaran verbal yang samar-samar itu. Uban akan mempertegas eksistensi saya sebagai lelaki setengah baya.... Ups!<br />
<br />
Kata pakar, uban atau rambut putih tumbuh karena tubuh kita tidak lagi memproduksi melanin—senyawa yang berfungsi sebagai pigmen—, bisa karena usia, hormon, atau faktor lainnya.<br />
<br />
Uban kita perlakukan secara dikotomis, ada yang resah menolak, ada juga yang riang menerima. Pro atau kontra, uban tetap hadir di kepala kita. Anda mau senang atau cemberut, uban nongol di antara rambut. Apakah Anda bangga atau malu, mengapa?<br />
<br />
Mungkin Anda seperti saya, yang menerima uban. Setidaknya uban membiaskan raut wajah kita terlihat lebih tua, tampak lebih dewasa, meski harus disadari bahwa rambut putih bukan ukuran kita dikatakan dewasa.<br />
<br />
Uban membuat saya terlihat lebih tua, dan saya memang tidak pernah menolak menjadi tua. Ada orang yang menanti tua, matang, dan dewasa; tetapi ada banyak yang tidak ingin terlihat tua, ingin tetap awet muda. Ingin ranum sepanjang masa. Kulit tidak keriput dan rambut tidak beruban.<br />
<br />
Nah, Anda yang tidak senang [terlihat] tua, pasti dengan cara-cara jitu sudah berhasil [untuk sementara waktu] menyamarkan uban. Anda bisa menghitamkan rambut putih dengan berbagai metode yang disarankan oleh penata rambut.<br />
<br />
Anda bisa memelanin uban di rumah, atau menyemir rambut dan <i>creambath</i> di salon. Bahkan ada juga yang sampai nekat mencabuti uban. Tragisnya, semakin uban dicabut, konon uban-uban itu akan semakin merebak banyak. Cabut saja terus... akhirnya Anda benar-benar tidak beruban, juga tidak berambut hitam lagi alias gundul!<br />
<br />
Saudaraku, sangat asasi sikap Anda dan saya terhadap uban. Saya memilih untuk menyambut hangat tumbuhnya uban. Anda mungkin satu dari berjuta pria dan wanita yang berhasrat kuat menyingkirkan uban. Tidak ada masalah, manusiawi, dan yang penting keputusan itu berkenan di hati Anda.<br />
<br />
Selama sikap Anda menyamarkan uban sebatas kepentingan kosmetika, atau sejauh ingin tampil awet muda, saya rasa masih sehat. Namun, jangan sekali-kali memandang uban sebagai aib atau nasib buruk yang harus ditutupi.<br />
<br />
Uban bukan suatu anomali, itu wajar dan alamiah. Kita seharusnya mengucap syukur kepada Tuhan dan bersahabat dengan uban. Kita juga harus percaya diri meski beruban, tidak usah menipu diri dengan menolak agresi uban di rambut kita.<br />
<br />
Percayalah, beruban tetap membuat kita cantik dan tampan. Ingatlah kata-kata bijak ini: “Hiasan orang muda ialah kekuatannya, dan keindahan orang tua ialah uban.” —Agus Santosa<br />
<br />
<b><i>Uban itu anugerah yang indah dari Tuhan, bersyukurlah!</i></b><br />
<br />
* * *<br />
<br />
Sumber: KristusHidup.com, 10/11/2012 (diedit seperlunya)<br />
<br />
==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7092814666244503072.post-82819841306435546582012-11-07T08:30:00.000+07:002012-11-07T08:30:46.827+07:00Nyala Api Cinta<br />
Seorang teman mengenang masa pacarannya dengan takjub. Ia dulu bekerja di Bandung, dan pacarnya tinggal di Solo. Minimal sekali sebulan ia harus menempuh perjalanan selama delapan jam dengan kereta api untuk bisa bertemu dengan kekasihnya.<br />
<br />
"Saat itu rasanya tidak berat sama sekali, justru saya sangat bersemangat," tuturnya. "Lucunya, setelah menikah saya merasa berat kalau harus pergi ke Solo," lanjutnya sambil tertawa.<br />
<br />
Cinta membuat apa yang kita lakukan terasa berbeda. Hal-hal yang berat terasa ringan. Kesusahan rasanya hanya sebentar, tak sebanding dengan kesukaan bersama orang yang dicinta.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj64pmxF3bU0_gPZu3XM280ToZwRwsEbjwF0MpOUCaX5GP6CWuKwuczbKd-zD_RYN3KXGHDC_h6UY2WzUy9A9IOrhwfcszmdIiHh_RBTlTSWXV2RrS-aK1W3PPkHjEAO2n7-1rVaSEtP17Y/s1600/pacaran.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="226" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj64pmxF3bU0_gPZu3XM280ToZwRwsEbjwF0MpOUCaX5GP6CWuKwuczbKd-zD_RYN3KXGHDC_h6UY2WzUy9A9IOrhwfcszmdIiHh_RBTlTSWXV2RrS-aK1W3PPkHjEAO2n7-1rVaSEtP17Y/s320/pacaran.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Tak heran Salomo (Nabi Sulaiman) melukiskan cinta yang bergairah itu seperti maut yang tak dapat dihalang-halangi. Seperti nyala api yang tak bisa dipadamkan, bahkan seperti nyala api Tuhan!<br />
<br />
Api kecil bisa dipadamkan dengan siraman air, tetapi bukan itu yang ia bicarakan. Masih ingatkah kisah Nabi Elia yang menyiram korban persembahannya dengan banyak air?<br />
<br />
Nyala api Tuhan bukan saja membakar habis persembahan itu, tetapi juga parit-parit penuh air di sekitarnya. Cinta membuat semangat tetap bergelora, sekalipun kenyamanan dan kemewahan tiada.<br />
<br />
Ketika dampak dahsyat cinta tak lagi terlihat, kita mulai bertanya, apa yang berubah? Apakah cinta mula-mula itu masih ada?<br />
<br />
Pernahkah pertanyaan serupa kita ajukan dalam hubungan dengan Tuhan? Apakah cinta mula-mula itu masih ada? —HAN<br />
<br />
<b><i>Ketika kita mengasihi Tuhan, kesusahan terasa ringan dibanding kesukaan bersama-Nya.</i></b><br />
<br />
* * *<br />
<br />
Sumber: e-RH, 7/11/2012 (diedit seperlunya)<br />
<br />
Judul asli: Nyala Cinta Kita<br />
<br />
==========<br />
Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7092814666244503072.post-86226360903171793372012-11-05T08:01:00.000+07:002012-11-05T08:01:54.655+07:00Indahnya Cinta<br />
Bukan kebetulan cinta menghinggapi manusia. Tuhanlah yang menciptakannya. Perintah pertama dan utama-Nya adalah agar manusia mencintai-Nya dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan.<br />
<br />
‘Kidung Agung’ adalah kitab yang paling gamblang mengekspresikan cinta, karena memang ditulis sebagai syair-syair cinta oleh Raja Salomo (Sulaiman). Kitab ini adalah salah satu tulisan suci yang dibacakan pada hari raya Paskah umat Yahudi.<br />
<br />
Para penafsir sepakat bahwa kitab ini memberikan model seksualitas yang sehat sebagaimana rancangan Tuhan, yaitu hubungan antara laki-laki dan perempuan (bukan antara sesama jenis), dan dinikmati dalam ikatan pernikahan yang kudus.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjz4ucsriUkBiy9kji8qYBW2Szbz0NUUm4U6R2jLCHE3v3vI1HSkwNkavIclJ3Pcj8oAs5D2CLbFCXiwmIeLBrrWTX5sGiuEjKkAmd0u0oPdzz3tskEqVGX4U_0YO4ncZEkKeYAXEFbkSHv/s1600/cinta.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjz4ucsriUkBiy9kji8qYBW2Szbz0NUUm4U6R2jLCHE3v3vI1HSkwNkavIclJ3Pcj8oAs5D2CLbFCXiwmIeLBrrWTX5sGiuEjKkAmd0u0oPdzz3tskEqVGX4U_0YO4ncZEkKeYAXEFbkSHv/s320/cinta.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Meski kitab ini secara unik mengangkat hubungan kasih dalam pernikahan, ada banyak hal yang dapat direnungkan dalam konteks hubungan kita dengan Tuhan.<br />
<br />
Betapa kita terpesona melihat cinta yang berkobar hebat di antara kedua mempelai. Sosok dan keindahan dari yang terkasih membayang ke mana pun pergi. Waktu-waktu bersama begitu menggairahkan, begitu dinanti. Pernahkah cinta kita kepada Tuhan berkobar sedemikian hebat?<br />
<br />
Pikirkan saja waktu-waktu teduh kita (ketika kita membaca dan merenungkan firman Tuhan). Apakah dilalui dengan gairah dan kerinduan untuk bertemu Tuhan? Ataukah itu rutinitas yang ingin kita lewati dengan cepat saja?<br />
<br />
Apakah keindahan pribadi dan karya Tuhan adalah hal-hal yang senang kita renungkan ketika menjalani hari-hari kita, ataukah kita terlalu sibuk sehingga tak sempat memikirkan-Nya?<br />
<br />
Diiringi syukur atas cinta yang Tuhan karuniakan dalam relasi kita dengan orang-orang terkasih, mari memeriksa temperatur cinta kita kepada Tuhan. –HAN<br />
<br />
* * *<br />
<br />
Sumber: e-RH, 5/11/2012 (diedit seperlunya)<br />
<br />
Judul asli: Indahnya Cinta Kita<br />
<br />
==========<br />
Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7092814666244503072.post-87917319165487614792012-10-30T09:04:00.002+07:002012-10-30T09:04:30.542+07:00Bibir Manis<br />
Alkisah seorang pengacara berselingkuh di dalam mobil pribadinya dengan seorang perempuan. [Maaf, fragmen selanjutnya dari episode ini tidak saya ceritakan.]<br />
<br />
Keesokan harinya, istri pengacara itu menemukan celana dalam perempuan di jok belakang mobil. Spontan sang istri melabrak suaminya sambil mengibas-ngibaskan celana dalam itu... marah dan energinya ditumpahkan dengan sumpah serapah.<br />
<br />
Sang pengacara sangat tenang menghadapi istrinya yang sedang kalap. Ia menjawab singkat seraya menahan emosi, tegas berkata dengan manis, “Sayang, tenanglah, itu tidak membuktikan aku selingkuh... kamu justru sudah memusnahkan barang bukti untuk kasus miliaran rupiah. Sekarang ada sidik jarimu di celana dalam itu, kamu sudah menghancurkan kasusku...!”<br />
<br />
Istri pengacara itu terdiam sejenak, ia merasa bersalah, lalu menangis dan meratap dalam kebimbangan.<br />
<br />
Ahh... yang salah “menang”, yang benar “kalah”! Kata-kata manusia terkadang tidak mewakili yang tepat dan benar, tetapi membangun sendiri “kebenaran”.<br />
<br />
Kata-kata bisa saja meluncur lewat kemarahan, juga bisa mengalir dari bibir manis. Lewat serapah ataupun sanjungan, kata-kata bisa menindas dan memanipulasi.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMPbf8NeNj9Y9MCDQC_0K3m050J8Y9wTYXBwYOHGGInWuHDpMe71ssZO3_RlEjqlcvkueJgeFGTDNBbZkLgXfKlBteI_hs5yZsT4kwr0qc7H3TYOFmOxXiKFtz7SiJ46T8hFX20VLzewPC/s1600/bibir+manis.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMPbf8NeNj9Y9MCDQC_0K3m050J8Y9wTYXBwYOHGGInWuHDpMe71ssZO3_RlEjqlcvkueJgeFGTDNBbZkLgXfKlBteI_hs5yZsT4kwr0qc7H3TYOFmOxXiKFtz7SiJ46T8hFX20VLzewPC/s1600/bibir+manis.jpg" /></a></div>
<br />
Bibir manis tidak tulus, ada yang berhasrat agar diterima dan mendapat pengakuan, atau memburu kemenangan. Sejatinya kata-kata yang keluar dari bibir manis itu merupakan manifestasi penindasan yang ramah, taktik mengeruhkan kesadaran orang lain agar bimbang dan ragu menilai kebenaran.<br />
<br />
Di negara kita tidak sedikit perkara yang membuat khalayak (kita semua) gamang menilai siapa yang benar, sebab ada banyak kasus kriminal, politik, dan korupsi yang “menang” dengan melacurkan yang benar. Ada banyak immoralitas dibungkam dengan bersilat lidah, keadilan dibakar hitam legam serupa dengan kejahatan.<br />
<br />
Siapakah Anda? Tetaplah menjadi orang yang menghormati Tuhan dengan berkata benar. Jika Anda gelisah karena kata-kata yang dilantunkan para pendusta, teduhkanlah hati dan pikiran Anda dengan kembali kepada firman Tuhan.<br />
<br />
Kata-kata Tuhan itu seperti perak murni yang sangat berharga dan kekal. —Agus Santosa<br />
<br />
* * *<br />
<br />
Sumber: KristusHidup.com, 30/10/2012 (dipersingkat)<br />
<br />
==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7092814666244503072.post-28037830877210299642012-10-21T08:44:00.000+07:002012-10-21T08:44:20.295+07:00Master Chef<br />
Kemarin saya menonton acara <i>Master Chef 2</i> di televisi. Menurut saya acara ini masih jauh lebih bagus, daripada sinetron-sinetron yang cenderung kurang mendidik.<br />
<br />
Ada satu hal yang menarik pada episode yang saya lihat ini, yaitu ketika peserta memasuki “<i>pressure test</i>” di mana dia harus berjuang agar tidak menjadi peserta yang harus pulang, jika masakannya tidak berhasil.<br />
<br />
Salah satu peserta menjadi pemenang dalam <i>challenge</i> sebelumnya, sehingga dia mendapat hadiah boleh meminta bantuan sesama peserta dalam “<i>pressure test</i>”.<br />
<br />
Akhirnya, si peserta ini pun meminta bantuan temannya yang dianggap bisa. Namun ternyata, peserta yang telah meminta bantuan temannya ini pun terpaksa pulang, karena hasil masakannya kurang memuaskan.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5uTGObzYrV8o8nluzRGTeXG5fBncAwmg-KTvuk9jur8EuZajHmS9x5TY2-GApRKgUn-PWxlxtVb9KXMN4BxUwr5GcIyVCN7G7GsBDJKyCs8ZHsa8OSx-wtQPAi89P6Wl_9p6uQfaLjf6j/s1600/Master+Chef+2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5uTGObzYrV8o8nluzRGTeXG5fBncAwmg-KTvuk9jur8EuZajHmS9x5TY2-GApRKgUn-PWxlxtVb9KXMN4BxUwr5GcIyVCN7G7GsBDJKyCs8ZHsa8OSx-wtQPAi89P6Wl_9p6uQfaLjf6j/s1600/Master+Chef+2.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
(Master Chef 2)</div>
<br />
Tentu hal itu menjadi dilema tersendiri bagi teman yang sudah membantunya, karena hasilnya, teman yang dibantunya harus pulang. Selain itu, bagi peserta yang sudah meminta bantuan, tentu merasa kecewa, karena teman yang diharapkan bisa membantunya pun tidak membuahkan hasil manis.<br />
<br />
Peristiwa ini, tentu memberikan pelajaran kepada saya dan kita semua, bahwa terkadang memang kita tidak bisa terlalu mengharapkan bantuan dari orang lain.<br />
<br />
Semestinya, kita percaya pada kemampuan kita, dan kepada Tuhan, satu-satunya sumber kekuatan. Jika kita terlalu memercayakan diri kepada pihak lain, selain Tuhan, kita akan menemui kekecewaan. —Elisa Christanto<br />
<br />
* * *<br />
<br />
Sumber: KristusHidup.com, 21/10/2012 (dipersingkat)<br />
<br />
==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7092814666244503072.post-26218827827836898852012-10-20T08:09:00.000+07:002012-10-20T08:27:11.739+07:00Korupsi atau Komisi<br />
Tak dapat dipungkiri, hidup dari zaman ke zaman semakin sulit. Secara khusus, kesulitan-kesulitan tersebut sering menimpa kaum pekerja menengah ke bawah. Apalagi dengan realitas bahwa pada saat ini biaya kebutuhan hidup begitu meningkat, namun pendapatan tetap saja tak beranjak naik sedikit pun.<br />
<br />
Dengan kenyataan seperti itulah, sering membuat banyak orang menjadi putus asa, dan jika sudah putus asa maka hal apa pun dapat dilakukan oleh seseorang, apalagi ada begitu banyak godaan di tempat kerja, yang dapat membuatnya terjatuh ke dalam dosa.<br />
<br />
Edi, seorang <i>office boy</i> di perusahaan tempat saya dulu pernah bekerja, mengalami hal ini. Sebagai seorang <i>office boy</i>, tentu tugas Edi adalah disuruh-suruh. Misalnya saja, disuruh membelikan makan siang karyawan, membelikan perlengkapan kantor, dan lain sebagainya.<br />
<br />
Saya adalah salah satu karyawan yang sering menyuruhnya membelikan makan siang, karena bagi saya jam istirahat lebih asyik dan nyaman jika saya gunakan untuk memejamkan mata sejenak di ruangan yang sejuk ber-AC, daripada harus ke luar kantor di tengah panasnya terik matahari.<br />
<br />
Pada suatu ketika, Edi tidak masuk karena sakit. Maka pada hari itu, dengan terpaksa saya pergi ke luar untuk mencari makan siang di warung Padang, di mana seperti biasa Edi membelikannya untuk saya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCZMegQTSaquF2Lh8dOq_Wpx6vFK0Bq266NEtLOS5uGBIZhVF7Nv-TgCy4qscTxkLYyCyxQvOiZENXaZcv3QL5V25V43IKtCaYYaFSIvFd5JWPMuox8eDkDlFoBY_OGf5_pTow8Og6ADmB/s1600/masakan+padang.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="231" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCZMegQTSaquF2Lh8dOq_Wpx6vFK0Bq266NEtLOS5uGBIZhVF7Nv-TgCy4qscTxkLYyCyxQvOiZENXaZcv3QL5V25V43IKtCaYYaFSIvFd5JWPMuox8eDkDlFoBY_OGf5_pTow8Og6ADmB/s320/masakan+padang.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
(masakan Padang)</div>
<br />
Betapa terkejutnya saya, pada saat saya membayar nasi Padang dengan lauk daging rendang, ternyata saya hanya membayar Rp 5.000,00 (pada saat itu), padahal jika Edi yang membelikannya, saya harus membayar Rp 6.500,00.<br />
<br />
Untuk itulah, keesokan harinya pada saat Edi sudah masuk, saya bertanya kepadanya, “Lho Ed, saya kemarin beli nasi rendang kok cuma Rp 5.000,00 tapi kalau kamu yang beli kok Rp 6.500,00?”<br />
<br />
Apa jawab Edi? Dengan enteng dia menjawab, “Kan kalau saya yang beli ada komisinya, Pak.” Sungguh, saya sangat terperanjat dengan jawaban Edi. Tidak usah dia “main petak umpet” korupsi, sebetulnya saya sudah sering memberikan uang lebih kepadanya.<br />
<br />
Itulah faktanya. Banyak orang yang lupa bahwa dia seharusnya hidup dalam kejujuran, serta tidak tergoda untuk berbuat kecurangan. Marilah kita menjadi orang yang jujur dan tidak mengambil atau memakan apa yang bukan menjadi hak kita. —Pdt. David Nugrahaning Widi<br />
<br />
* * *<br />
<br />
Sumber: KristusHidup.com, 20/10/2012 (dipersingkat)<br />
<br />
==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7092814666244503072.post-33411097821719487762012-10-08T11:07:00.000+07:002012-10-08T17:20:22.497+07:00Pakaian<br />
Tentang pakaian, ada orang yang sesuka hati saja. Dia bisa memakai pakaian yang disukainya sampai kusam, hilang warnanya, atau sedikit sobek. [Maaf, itu contoh yang buruk dalam hal fashion.]<br />
<br />
Juga tentang pakaian, seorang dosen berkata, “Saya paling tidak peduli mahasiswa masuk kelas saya memakai sandal jepit dan kaos oblong, asalkan mereka datang kuliah membawa ‘otak’ mereka.”<br />
<br />
Masih tentang pakaian, konon ada seorang pekebun kayu sengon yang mengenakan sarung dan kopiah lusuh. Ia disangka pengemis sehingga diusir oleh karyawan <i>showroom</i> mobil, padahal dia hendak membeli mobil niaga.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_Jjc8vcPhyphenhyphenp49YQ0IZ-XgDLe9UCePlXmUEWanAKF6wEk8SFNukGS9hhteUq4041gAeYVJ-l3FqPo8-LRD-7flVSPG78Yb44wA1NrR55fXkzzYOFje8VPIjQpMEyKyTxQ_YkJkODy0PSuC/s1600/pakaian.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_Jjc8vcPhyphenhyphenp49YQ0IZ-XgDLe9UCePlXmUEWanAKF6wEk8SFNukGS9hhteUq4041gAeYVJ-l3FqPo8-LRD-7flVSPG78Yb44wA1NrR55fXkzzYOFje8VPIjQpMEyKyTxQ_YkJkODy0PSuC/s1600/pakaian.jpg" /></a></div>
<br />
Para pakar fashion meyakini, pakaian itu mengekspresikan pribadi seseorang. Pakaian rapi yang Anda kenakan mencerminkan diri sebagai pribadi yang rapi dalam bekerja, bahkan hidup pun tertata rapi, benarkah?<br />
<br />
Ada yang menilai pakaian itu simbol prestise sosial, tak heran kalau <i>brand</i> atau merek ternama menjadi ikon masyarakat kelas atas.<br />
<br />
Pakaian dinas juga dianggap sebagai simbol otoritas dalam masyarakat, seperti kata Erich Fromm, “Otoritas yang nyata (dianggap nyata) dialihkan pada pakaian dinas... meski pakaian dinas itu tidak selalu mewakili kualitas kompetensi seseorang.”<br />
<br />
Pakaian lazim dijadikan simbol otoritas, prestise sosial, dan identitas seseorang. Anda mungkin termasuk orang yang respek fashion, memberi perhatian ekstra pada pakaian yang Anda dan orang lain kenakan.<br />
<br />
Itu hak asasi, tetapi apakah sikap dan reaksi Anda juga asasi (bersifat mendasar)? Apakah orang-orang berpakaian mahal<span style="color: navy; font-family: Verdana; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">—</span>tentu saja indah, modis, dan bagus<span style="color: navy; font-family: Verdana; font-size: 12.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">—</span>yang selalu menyita prioritas dan rasa hormat Anda? Apakah Anda merasa tidak nyaman bergaul, atau terbiasa memicingkan mata kepada yang berpakaian biasa-biasa saja?<br />
<br />
Sebuah nasihat bijak mengatakan agar kita tidak menilai orang lain berdasarkan pakaiannya. Di mata Tuhan kita itu sama, entah mengenakan pakaian bermerek, seragam tentara, ataupun kaos oblong. Kita semua diperlakukan istimewa oleh Tuhan, tidak dibedakan berdasarkan pakaian yang kita kenakan.<br />
<br />
Mungkin “benar” pakaian bisa merepresentasikan seseorang itu kaya atau miskin, bos atau jongos, tetapi tidak benar jika kita hanya mengasihi yang berpakaian indah, hanya menghormati yang berpakaian dinas.<br />
<br />
Janganlah kita menghakimi ataupun memuliakan seseorang karena pakaian. “Bukankah hidup itu lebih penting daripada makanan, dan tubuh itu lebih penting daripada pakaian?” Hargailah orang lain karena dia adalah pribadi yang harus dihargai. —Agus Santosa<br />
<br />
* * *<br />
<br />
Sumber: KristusHidup.com, 8/10/2012 (diedit seperlunya)<br />
<br />
==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7092814666244503072.post-52236870550688243332012-10-07T10:02:00.000+07:002012-10-20T08:27:32.111+07:00Kelestarian Lingkungan<br />
Hingga kini manusia belum mengetahui jumlah seluruh jenis atau spesies binatang. Camilo Mora, seorang biolog dari Universitas Dalhousie, Kanada, dan beberapa rekan ilmuwannya, memperkirakan terdapat 8,7 juta spesies, 2,2 juta di antaranya hidup di laut.<br />
<br />
Angka ini hanya mencakup eukariota, organisme bersel kompleks. Dari jumlah itu baru sekitar 1,1 juta atau 13% yang sudah berhasil diidentifikasi. Masih terdapat sekitar 86% spesies di darat dan udara, dan 91% spesies di laut yang perlu diketahui.<br />
<br />
Tuhan menciptakan segala jenis makhluk dengan suatu tujuan, karena setiap spesies berperan penting dalam daur kehidupan.<br />
<br />
Banyak kehidupan spesies bergantung pada hubungan simbiotik dengan spesies lain. Misal, pohon yang menyediakan sarang dan sumber pangan untuk semut, yang sebagai gantinya melindungi pohon dari serangga dan tetumbuhan yang merugikan inangnya.<br />
<br />
Dari perspektif rantai makanan, setiap spesies terhubung dengan satu atau dua spesies lain. Misal: tetumbuhan – serangga – katak – tikus – ular.<br />
<br />
Rantai makanan ini memberi konsekuensi bahwa kepunahan suatu spesies akan memunahkan spesies lain, atau sebaliknya meledakkan populasi suatu spesies. Keduanya berakibat buruk bagi keanekaragaman hayati.<br />
<br />
Dalam hal bertahan hidup, banyak spesies tercipta hanya untuk habitat tertentu. Perubahan lingkungan (karena kerusakan) dapat memunahkannya.<br />
<br />
Tuhan menciptakan sistem kehidupan yang saling terkait dan memengaruhi. Semakin banyak varian suatu spesies, semakin tinggi daya tahan spesies terhadap penyakit dan semakin besar kemungkinan kelangsungan hidupnya.<br />
<br />
Semakin banyak varian suatu spesies, semakin tinggi kemungkinan keanekaragaman spesies. Semakin tinggi keanekaragaman spesies dalam suatu lingkungan, semakin stabil dan bermutu lingkungan hidupnya.<br />
<br />
Lingkungan hidup yang bermutu tinggi semakin bagus dalam menyaring dan memurnikan udara dan air. Semakin bagus lingkungan hidup, semakin banyak produk bahan pangan, obat, dan zat esensial bagi manusia.<br />
<br />
Keanekaragaman hayati dan kelestarian lingkungan adalah prasyarat agar segala ciptaan Tuhan dapat tetap berada sebagai bagian dari kehidupan.<br />
<br />
Hal ini dapat dilakukan dengan banyak cara, seperti menghentikan perburuan binatang, membuat cagar alam, menghentikan pembabatan hutan, dan menghutankan kembali kawasan bekas hutan tropis.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgj0VTrOMh7cY0u1ztlwR3yWeh9zUrYTiS_rj8kRsIkBpvGk52GWGZE1VkGCwWyu2qEdDK56D2_XOK2O0I27hHwr9MHsPaIbiFVur8m40v2u3nIbJbRcCiIrzaLuE6gUdJmzYJooEYlBaA4/s1600/penghijauan+kembali.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgj0VTrOMh7cY0u1ztlwR3yWeh9zUrYTiS_rj8kRsIkBpvGk52GWGZE1VkGCwWyu2qEdDK56D2_XOK2O0I27hHwr9MHsPaIbiFVur8m40v2u3nIbJbRcCiIrzaLuE6gUdJmzYJooEYlBaA4/s320/penghijauan+kembali.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
(penghijauan kembali)</div>
<br />
Bisa juga melalui perbuatan yang dilakukan sendiri, seperti menghentikan serta mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan.<br />
<br />
Menjaga, memelihara, dan mempertahankan keanekaragaman hayati dan kelestarian lingkungan sama dengan memenuhi kehendak Tuhan, yang ketika menciptakannya melihat bahwa semuanya itu baik. —Heri Muliono<br />
<br />
<b><i>Menjaga kelestarian lingkungan berati kita ikut menjaga kehidupan.</i></b><br />
<br />
* * *<br />
<br />
Sumber: KristusHidup.com, 7/10/2012 (diedit seperlunya)<br />
<br />
==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7092814666244503072.post-57369996542347858112012-09-18T11:17:00.000+07:002012-10-16T10:42:16.134+07:00Penguasa dan Harimau<br />
Suatu hari, menjelang mentari terbenam, Konfusius melintasi lembah Gunung Thai. Ia melihat seorang perempuan sedang menangis di sebuah kuburan. Tze-lu, muridnya, mendekati dan mencari tahu, mengapa perempuan itu menangis pilu.<br />
<br />
Perempuan itu berkata, “Dahulu ayahku disergap harimau di sini hingga mati. Setahun kemudian, suamiku juga diterkam harimau hingga aku menjadi janda. Sekarang, anak lelakiku mengalami nasib yang sama, harimau itu menerkamnya hingga mati. Dan kini aku sebatang kara...”<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhF_QQrJNoQPkUAzU6H98Kegve6wkQVZj-JwqoHnmU5oFaSAqQIO6NUx0yeknnL9z6LwOIFT2h8Hxyron5kR-kxWoWRc9qIOef-4Ho3fEwGISQMyghIIpYlmoXLicyyydIX4H0hmSrsvDj6/s1600/harimau.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhF_QQrJNoQPkUAzU6H98Kegve6wkQVZj-JwqoHnmU5oFaSAqQIO6NUx0yeknnL9z6LwOIFT2h8Hxyron5kR-kxWoWRc9qIOef-4Ho3fEwGISQMyghIIpYlmoXLicyyydIX4H0hmSrsvDj6/s320/harimau.jpg" width="304" /></a></div>
<br />
Konfusius heran dan bertanya, “Jika demikian, mengapa engkau tidak meninggalkan daerah ini?” Wanita itu menjawab, “Aku masih bertahan karena di sini tidak ada penguasa yang menindas.” Meski telah kehilangan tiga lelaki, perempuan itu lebih takut kepada penguasa yang kejam.<br />
<br />
Konfusius sadar dan berpesan kepada murid-muridnya, “Ingatlah akan hal ini anak-anakku: penguasa yang menindas jauh lebih kejam dan bengis daripada harimau yang kelaparan.”<br />
<br />
Kekuasaan manusia atas manusia sering kali berwajah penindasan dan pembantaian. Jerman pernah merasakan bagaimana kelam di bawah Hitler. Nazi melakukan praktik genosida, tragedi holocaust telah membunuh jutaan orang Yahudi.<br />
<br />
Penindasan serupa juga berlangsung di Kamboja ketika Pol Pot berkuasa, atau Kosovo di bawah tangan besi Milosevic. Penguasa Orde Baru diduga telah membantai kaum separatis di Jawa, Aceh, Papua, dan di pelosok-pelosok negeri lainnya.<br />
<br />
Apa sesungguhnya yang dicari dalam dan melalui kekuasaan? Setiap penguasa bisa saja memiliki sejuta ambisi, tetapi yang terutama adalah meraih keagungan dari kekuasaan.<br />
<br />
Bertrand Russell, filsuf Inggris yang sangat berjasa dalam pengembangan logika modern, mengatakan, “Cara paling mudah untuk memperoleh keagungan adalah melalui kekuasaan. Oleh karena itu, keinginan akan keagungan, pada pokoknya mendorong tindakan-tindakan yang sama dengan yang didorong oleh keinginan akan kekuasaan.”<br />
<br />
Namun tak sedikit penguasa yang khilaf dan melacurkan keagungan dan kekuasaannya, persis seperti yang dikatakan Salomo, “Ada suatu kejahatan yang kulihat di bawah matahari sebagai kekhilafan yang berasal dari seorang penguasa”. Kejahatan inilah yang melahirkan tragedi, ketika kekhilafan manusia berkuasa atas manusia.<br />
<br />
Jika saat ini Anda dipercaya oleh konstituen untuk memimpin, janganlah khilaf! Jangan melacurkan keagungan, rahmat kekuasaan, dengan menebar kejahatan yang menindas martabat orang-orang yang seharusnya Anda layani. Jadilah pemimpin yang selalu merawat kesadaran dan takut kepada Tuhan. —Agus Santosa<br />
<br />
* * *<br />
<br />
Sumber: KristusHidup.com, 24/12/2011 (diedit seperlunya)<br />
<br />
==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.com