25 Januari 2013

Membuang Makanan


National Resources Defense Counsel, badan ketahanan pangan nasional AS, pada Agustus 2012 mengeluarkan laporan mengejutkan.

Menurut surveinya, warga AS membuang 40% makanan mereka. Nilainya setara dengan 165 miliar dolar per tahun, atau lebih dari 10 kilogram per orang per bulan. Dampaknya luas.

Warga AS menderita obesitas paling parah di dunia. Mereka juga memboroskan penggunaan lahan, air segar, dan sekian banyak bahan kimia.


Belum lagi, limbah makanan itu menyumbangkan 25% emisi gas metana di negeri itu.

Misalkan mereka membuang makanan hanya sebanyak 15%, maka 25 juta orang akan dapat menikmati kecukupan pangan selama setahun penuh. Sebuah potret yang membuat kita mengelus dada.

Makanan terlalu berharga untuk dihamburkan. Tahukah Anda bahwa makanan adalah pemberian pertama Tuhan yang tercatat di dalam Kitab Suci?

Tuhan menciptakan alam semesta dengan firman-Nya. Puncaknya, Tuhan menciptakan manusia dan memberkati mereka. Tuhan memberikan tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan pohon-pohonan yang buahnya berbiji sebagai makanan manusia. Pemberian-Nya itu sesuatu yang baik bagi kesejahteraan manusia.

Ketika menjumpai hidangan di meja makan, kita sedang menyambut pemberian yang baik dari Tuhan. Apakah kita sungguh-sungguh mengucap syukur atas makanan itu?

Apakah kita memilih makanan secara arif? Apakah kita makan dengan pola makan yang sehat, tidak berlebihan, dan tidak menghamburkannya secara sembrono? —Arie Saptaji

Ketika kita menikmati makanan, kita menikmati pemeliharaan Tuhan.

* * *

Sumber: e-RH, 25/1/2013 (diedit seperlunya)

==========

11 Januari 2013

Bisnis Supaya Bisa Tidur


Apakah Anda mengidap insomnia atau sindrom sulit tidur? Di Amerika Serikat, menurut laporan Time, belakangan semakin berkembang berbagai kesempatan bisnis sehubungan dengan insomnia.

Diperkirakan, pada 2012, saat perekonomian mereka lesu, "bisnis tidur" ini meraup pendapatan lebih dari 32 miliar dolar, terus naik dari tahun-tahun sebelumnya.

Mulai dari obat-obatan, tempat tidur, lilin terapi, sampai konsultan, bisnis ini menawarkan berbagai kebutuhan bagi mereka yang mengalami kesulitan tidur.


Sulit tidur memang merepotkan dan dapat menguras biaya ekstra. Namun, kita yang bisa tidur lelap hari demi hari biasanya menganggap tidur nyenyak itu sebagai hal yang memang sudah seharusnya begitu.

Jarang kita memikirkan arti penting dan manfaat tidur. Menariknya, Kitab Suci cukup banyak membicarakan aktivitas ini, dan kebanyakan menyorotinya secara positif.

Tidur nyenyak itu tak lain adalah suatu berkat dari Tuhan. Tidur merupakan salah satu bentuk pemeliharaan dan penjagaan Tuhan atas hidup kita.

Orang yang hatinya berpaut pada Tuhan akan sejahtera jiwanya, dan pada gilirannya tubuh lahiriah-nya pun akan dapat beristirahat dengan tenteram.

Hari ini, saat terjaga dari tidur atau saat berbaring menjelang tidur, bagaimana jika kita meluangkan waktu untuk merenungkan berkat Tuhan yang unik ini?

Biarlah kesadaran ini menolong kita mengembangkan pola tidur yang sehat: tidak berlebihan, tidak pula kerap bergadang. —ARS

Tidur adalah sebuah tindakan iman: menyerahkan keberadaan kita kepada Dia yang tidak pernah tidur.

* * *

Sumber: e-RH, 11/1/2013 (diedit seperlunya)

Judul asli: Bisnis Tidur

==========

07 Januari 2013

Bahaya Kabar Angin


Setiap tahun pada bulan November, rakyat dari seluruh pelosok Kamboja membanjiri ibu kota Phnom Penh untuk menghadiri Festival Air.

Pada 2010, festival akbar ini berubah menjadi petaka: 450 orang tewas di Jembatan Berlian, pusat berlangsungnya festival.

Para pengunjung panik karena tersebar kabar angin bahwa jembatan itu tidak stabil. Alhasil, banyak korban tewas terinjak sesamanya dan terjun ke Sungai Tonle Sap.

Kabar angin dapat didengungkan secara iseng, namun dapat pula secara sengaja dengan disertai niat jahat. Efeknya tak jarang lebih kejam dari tikaman pedang tajam.

Kabar angin, begitu dilontarkan, akan menyebar secara tak terkendali. Baik pencetus maupun penyebarnya tidak akan mampu mengontrol dampaknya.


Ada dua hal yang dibenci Tuhan berkaitan dengan kabar angin. Yang pertama: lidah dusta, mengacu pada pencetusnya. Yang kedua: saksi dusta, menunjuk pada penyebarnya.

Mengapa Tuhan menyampaikan peringatan yang begitu keras tentang kedua hal itu?

Si pencetus dan si penyebar kabar angin sama-sama pengecut, tidak memiliki sikap ksatria. Kejahatannya bukan hanya membunuh karakter seseorang, namun dapat pula memakan ribuan korban. Bahkan ada perang antarbangsa yang pecah gara-gara kabar angin.

Kita perlu menjaga hati dan lidah dengan penuh kewaspadaan agar tidak mencetuskan atau menyebarkan kabar angin. Bagaimana menjaganya? Dengan mempersilakan firman Tuhan, yaitu firman kebenaran, menguasai hati kita. —SST

Lidah akan terkendali jika hati kita dikuasai oleh kebenaran.

* * *

Sumber: e-RH, 7/1/2013 (diedit seperlunya)

Judul asli: Petaka Kabar Angin

==========

01 Januari 2013

Tirani Kebaruan


Hal yang baru biasanya menyenangkan dan menyegarkan. Di tahun baru ini mungkin kita telah membeli baju baru, sepatu baru, dan barang-barang baru lainnya.

Di satu sisi, memang membeli barang-barang baru merupakan keniscayaan karena tidak ada barang yang tahan selamanya. Barang yang sudah usang dan rusak perlu diganti dengan yang baru.

Namun di sisi lain kita sering tidak sadar bahwa sistem pasar global menggiring kita untuk selalu membeli sesuatu yang lebih baru. Parahnya, sering kali kita tidak berdaya untuk menolak “paksaan” tersebut dan terpaksa ikut membeli sesuatu yang sebetulnya belum kita perlukan.

Di semua bidang kehidupan ada tuntutan untuk ‘melek’ akan hal yang baru. Di bidang musik, misalnya, sebagian besar masyarakat selalu tidak mau ketinggalan untuk tahu lagu-lagu baru agar tidak dibilang ‘kuper’.

Teknologi hardware dan software yang selalu berkembang pun menyeret masyarakat untuk selalu membeli dan mempelajari teknologi baru.


Derasnya arus kebaruan yang menghanyutkan ini sering kali tidak disadari menjadi tirani bagi manusia. Tanpa sadar manusia telah diperbudak oleh hasrat untuk memiliki hal-hal terbaru.

Tirani kebaruan merupakan tuan yang kejam. Ia membutakan mata kita akan nilai-nilai luhur dari hal-hal lama, dan memasung pandangan kita sehingga kita yakin bahwa hal-hal baru pasti lebih baik dibanding yang lama.

Tirani kebaruan membuat kita tamak, tidak pernah puas, dan haus terus-menerus akan hal-hal baru. Ia meyakinkan kita bahwa bungkus lebih penting daripada isi, bahwa bentuk lebih utama daripada fungsi.

Di awal tahun ini, marilah kita merenungkan apakah kita membeli barang-barang baru hanya sekadar demi kebaruan? Waspadalah, jangan-jangan kita adalah salah satu budak tirani kebaruan. —Danny Salim

* * *

Sumber: KristusHidup.org, 1/1/2013 (diedit seperlunya)

==========

Artikel Terbaru Blog Ini