15 Februari 2013

Pantas atau Tidak?


Sari berang. Istri pendeta tadi menegurnya di gereja, karena ia mengenakan kaus dan rok mini ketika mengikuti ibadah Minggu. "Kita perlu berpakaian pantas saat beribadah," kata istri sang pendeta.

Di dalam hati Sari mengumpat, "Apanya yang tidak pantas? Tidak bolehkah aku mengikuti perkembangan mode? Apakah menurut Alkitab, memakai rok mini itu dosa?"


Pantas artinya: cocok, sesuai, patut, atau layak. Berbicara soal kepantasan tidak selalu berkaitan dengan dosa. Ini menyangkut hikmat dalam membawa diri, sesuai dengan status dan lingkungan.

Di Israel, misalnya, tidak ada larangan bagi raja untuk minum anggur. Rakyat jelata pun biasa minum anggur sampai mabuk guna melupakan sejenak kesusahan hidup.

Dalam pesta perjamuan raja, minum anggur adalah hal biasa. Namun, seorang raja bernama Lemuel dinasihati ibunya agar tidak minum anggur.

"Tidaklah pantas bagi raja minum anggur," katanya. Mengapa? Minuman keras bisa memabukkan. Jika seorang kepala negara mabuk, ia tidak dapat memutuskan perkara dengan benar dan adil. Akibatnya, rakyat bisa menjadi korban ketidakadilan dan penindasan!

Bicara soal kepantasan bukan melulu mempersoalkan benar salahnya suatu tindakan. Ada hal yang tidak salah, tetapi tidak pantas dilakukan oleh seorang dengan status atau jabatan tertentu. Orang lain bisa tersandung jika ia melakukannya.

Sering-seringlah bertanya pada diri sendiri: Sudahkah saya bersikap, berperilaku, berbicara, dan berpenampilan pantas sesuai status yang saya sandang? —JTI

Hanya anak kecil yang selalu bertanya "boleh atau tidak". Seorang dewasa perlu bertanya "pantas atau tidak".

* * *

Sumber: e-RH, 27/4/2011 (diedit seperlunya)

Judul asli: Pantaskah?

==========

02 Februari 2013

One Man Show


"Delapan dari sepuluh pebisnis mengalami masalah ketika melakukan regenerasi kepada anaknya," ujar seorang business coach yang saya wawancarai.

Menurutnya, pada masa seperti inilah biasanya perusahaan digoyang konflik. "Itu disebabkan karena si pengusaha senior sudah terbiasa menjadi superman!"

Superman? Ternyata yang ia maksud adalah kecenderungan bersikap 'one man show', yakni keinginan untuk mengendalikan segala sesuatu seorang sendiri dan sulit untuk memercayai orang lain.


Sindrom yang kerap menjangkiti pebisnis senior ini adalah merasa paling tahu dan paling andal dalam menjalankan bisnis.

Akibatnya, putra-putri yang seharusnya dididik sejak dini untuk menjadi penerus malah merasa tersisih dan akhirnya alih generasi tidak berlangsung secara mulus.

Seorang pebisnis sibuk mengembangkan usahanya. Apakah itu salah? Tidak. Masalahnya adalah ketika ia mencurahkan seluruh jiwa dan hidupnya demi bisnisnya itu. Orang sekarang menyebutnya 'workalholic'. Ia tamak dalam bekerja dan mengeruk laba.

Tamak, dalam bahasa Yunani adalah pleonexia, berarti keinginan yang tidak terkendali, tidak ada habisnya. Orang ini sibuk menjadi superman sampai lupa akan hal-hal yang lebih penting dan lebih abadi.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita merasa serba mampu dan mandiri hingga lupa akan anugerah-Nya yang memampukan kita berkarya?

Apakah kita masih meluangkan waktu untuk membagikan pengetahuan dan kecakapan kepada generasi penerus kita? —Olivia Elena

Harta seharusnya hanya merupakan alat. Ketamakan membuatnya berbalik memperalat kita.

* * *

Sumber: e-RH, 18/1/2013 (diedit seperlunya)

Judul asli: Superman

==========

Artikel Terbaru Blog Ini