18 Desember 2012

Lonceng dan Kereta Salju


Apa lagu Natal favorit Anda? Banyak orang senang menyanyikan lagu Jingle Bells, bahkan menjadikannya bagian dari ibadah / perayaan Natal.

Tahukah Anda bahwa lirik asli lagu ini bercerita tentang asyiknya naik kereta salju dengan lonceng yang berdentang sepanjang jalan? Sama sekali tak berkaitan dengan kelahiran Yesus.


Memang dalam bahasa Indonesia liriknya diubah, tetapi, entah berapa banyak orang yang menyadarinya. Kerap sesudah menyanyikan lirik bahasa Indonesia, orang menyambungnya dengan lirik bahasa Inggris.

Bukan hanya saat Natal, mungkin saja kita memang jarang berpikir panjang tentang apa yang kita nyanyikan saat ibadah.

Tidak demikian halnya dengan pemazmur. Ia menasihati jemaat yang datang beribadah: “Ketahuilah siapa Tuhan yang kamu sembah dan siapa kamu di hadapan-Nya!”

Kata ‘ketahuilah’ di sini bukan sekadar mengetahui informasi tentang Tuhan, tetapi mengenal Dia dengan akrab, sehingga ketika ada pernyataan-pernyataan yang keliru tentang Dia, kita dapat segera meluruskannya.

Jemaat harus tahu jelas kepada siapa penyembahan mereka ditujukan. Penghormatan, rasa syukur, dan pujian sejati lahir dari pengenalan yang akrab tentang Pribadi dan karya Tuhan.

Tanpa pikir panjang, kita bisa memiliki cara pandang atau membuat pernyataan yang keliru tentang Tuhan.

Sambil mempersiapkan Natal di tempat kita masing-masing, mari pikirkan baik-baik acara-acara perayaan yang diadakan, serta lagu-lagu yang diperdengarkan.

Apakah Pribadi dan karya Tuhan dinyatakan dengan benar di sana? Apakah melaluinya orang akan dibawa untuk mengakui kebesaran Tuhan, makin mengasihi dan menghormati-Nya? —LIT

Apa yang kita nyatakan tentang Tuhan menggambarkan apa yang kita pikirkan tentang Dia.

* * *

Sumber: e-RH, 17/12/2012 (diedit seperlunya)

==========

10 November 2012

Uban


Menjelang usia lima puluh tahun, semburat abu-abu semakin memutih di sela-sela rambut hitam di kepala saya. Selamat datang uban! Akhirnya saya beruban juga dan merasa bahagia karenanya.

Ya, uban akan sedikit mengeliminasi rasa kesal, jengkel, dan tak jarang sikap konyol saya, ketika orang-orang tua [yang terkadang usianya tidak terpaut banyak dengan saya] gemar memanggil saya, “Nang! Nyo! Nak! Cung!...”


Itu semua mengindikasikan bahwa saya ini anak lelaki belasan tahun, yang baru akil balik. Ah, saya ini sudah 48 tahun! Uban, setidaknya akan menyelamatkan saya dari sapaan satiris dan kekasaran verbal yang samar-samar itu. Uban akan mempertegas eksistensi saya sebagai lelaki setengah baya.... Ups!

Kata pakar, uban atau rambut putih tumbuh karena tubuh kita tidak lagi memproduksi melanin—senyawa yang berfungsi sebagai pigmen—, bisa karena usia, hormon, atau faktor lainnya.

Uban kita perlakukan secara dikotomis, ada yang resah menolak, ada juga yang riang menerima. Pro atau kontra, uban tetap hadir di kepala kita. Anda mau senang atau cemberut, uban nongol di antara rambut. Apakah Anda bangga atau malu, mengapa?

Mungkin Anda seperti saya, yang menerima uban. Setidaknya uban membiaskan raut wajah kita terlihat lebih tua, tampak lebih dewasa, meski harus disadari bahwa rambut putih bukan ukuran kita dikatakan dewasa.

Uban membuat saya terlihat lebih tua, dan saya memang tidak pernah menolak menjadi tua. Ada orang yang menanti tua, matang, dan dewasa; tetapi ada banyak yang tidak ingin terlihat tua, ingin tetap awet muda. Ingin ranum sepanjang masa. Kulit tidak keriput dan rambut tidak beruban.

Nah, Anda yang tidak senang [terlihat] tua, pasti dengan cara-cara jitu sudah berhasil [untuk sementara waktu] menyamarkan uban. Anda bisa menghitamkan rambut putih dengan berbagai metode yang disarankan oleh penata rambut.

Anda bisa memelanin uban di rumah, atau menyemir rambut dan creambath di salon. Bahkan ada juga yang sampai nekat mencabuti uban. Tragisnya, semakin uban dicabut, konon uban-uban itu akan semakin merebak banyak. Cabut saja terus... akhirnya Anda benar-benar tidak beruban, juga tidak berambut hitam lagi alias gundul!

Saudaraku, sangat asasi sikap Anda dan saya terhadap uban. Saya memilih untuk menyambut hangat tumbuhnya uban. Anda mungkin satu dari berjuta pria dan wanita yang berhasrat kuat menyingkirkan uban. Tidak ada masalah, manusiawi, dan yang penting keputusan itu berkenan di hati Anda.

Selama sikap Anda menyamarkan uban sebatas kepentingan kosmetika, atau sejauh ingin tampil awet muda, saya rasa masih sehat. Namun, jangan sekali-kali memandang uban sebagai aib atau nasib buruk yang harus ditutupi.

Uban bukan suatu anomali, itu wajar dan alamiah. Kita seharusnya mengucap syukur kepada Tuhan dan bersahabat dengan uban. Kita juga harus percaya diri meski beruban, tidak usah menipu diri dengan menolak agresi uban di rambut kita.

Percayalah, beruban tetap membuat kita cantik dan tampan. Ingatlah kata-kata bijak ini: “Hiasan orang muda ialah kekuatannya, dan keindahan orang tua ialah uban.” —Agus Santosa

Uban itu anugerah yang indah dari Tuhan, bersyukurlah!

* * *

Sumber: KristusHidup.com, 10/11/2012 (diedit seperlunya)

==========

07 November 2012

Nyala Api Cinta


Seorang teman mengenang masa pacarannya dengan takjub. Ia dulu bekerja di Bandung, dan pacarnya tinggal di Solo. Minimal sekali sebulan ia harus menempuh perjalanan selama delapan jam dengan kereta api untuk bisa bertemu dengan kekasihnya.

"Saat itu rasanya tidak berat sama sekali, justru saya sangat bersemangat," tuturnya. "Lucunya, setelah menikah saya merasa berat kalau harus pergi ke Solo," lanjutnya sambil tertawa.

Cinta membuat apa yang kita lakukan terasa berbeda. Hal-hal yang berat terasa ringan. Kesusahan rasanya hanya sebentar, tak sebanding dengan kesukaan bersama orang yang dicinta.


Tak heran Salomo (Nabi Sulaiman) melukiskan cinta yang bergairah itu seperti maut yang tak dapat dihalang-halangi. Seperti nyala api yang tak bisa dipadamkan, bahkan seperti nyala api Tuhan!

Api kecil bisa dipadamkan dengan siraman air, tetapi bukan itu yang ia bicarakan. Masih ingatkah kisah Nabi Elia yang menyiram korban persembahannya dengan banyak air?

Nyala api Tuhan bukan saja membakar habis persembahan itu, tetapi juga parit-parit penuh air di sekitarnya. Cinta membuat semangat tetap bergelora, sekalipun kenyamanan dan kemewahan tiada.

Ketika dampak dahsyat cinta tak lagi terlihat, kita mulai bertanya, apa yang berubah? Apakah cinta mula-mula itu masih ada?

Pernahkah pertanyaan serupa kita ajukan dalam hubungan dengan Tuhan? Apakah cinta mula-mula itu masih ada? —HAN

Ketika kita mengasihi Tuhan, kesusahan terasa ringan dibanding kesukaan bersama-Nya.

* * *

Sumber: e-RH, 7/11/2012 (diedit seperlunya)

Judul asli: Nyala Cinta Kita

==========

05 November 2012

Indahnya Cinta


Bukan kebetulan cinta menghinggapi manusia. Tuhanlah yang menciptakannya. Perintah pertama dan utama-Nya adalah agar manusia mencintai-Nya dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan.

‘Kidung Agung’ adalah kitab yang paling gamblang mengekspresikan cinta, karena memang ditulis sebagai syair-syair cinta oleh Raja Salomo (Sulaiman). Kitab ini adalah salah satu tulisan suci yang dibacakan pada hari raya Paskah umat Yahudi.

Para penafsir sepakat bahwa kitab ini memberikan model seksualitas yang sehat sebagaimana rancangan Tuhan, yaitu hubungan antara laki-laki dan perempuan (bukan antara sesama jenis), dan dinikmati dalam ikatan pernikahan yang kudus.


Meski kitab ini secara unik mengangkat hubungan kasih dalam pernikahan, ada banyak hal yang dapat direnungkan dalam konteks hubungan kita dengan Tuhan.

Betapa kita terpesona melihat cinta yang berkobar hebat di antara kedua mempelai. Sosok dan keindahan dari yang terkasih membayang ke mana pun pergi. Waktu-waktu bersama begitu menggairahkan, begitu dinanti. Pernahkah cinta kita kepada Tuhan berkobar sedemikian hebat?

Pikirkan saja waktu-waktu teduh kita (ketika kita membaca dan merenungkan firman Tuhan). Apakah dilalui dengan gairah dan kerinduan untuk bertemu Tuhan? Ataukah itu rutinitas yang ingin kita lewati dengan cepat saja?

Apakah keindahan pribadi dan karya Tuhan adalah hal-hal yang senang kita renungkan ketika menjalani hari-hari kita, ataukah kita terlalu sibuk sehingga tak sempat memikirkan-Nya?

Diiringi syukur atas cinta yang Tuhan karuniakan dalam relasi kita dengan orang-orang terkasih, mari memeriksa temperatur cinta kita kepada Tuhan. –HAN

* * *

Sumber: e-RH, 5/11/2012 (diedit seperlunya)

Judul asli: Indahnya Cinta Kita

==========

30 Oktober 2012

Bibir Manis


Alkisah seorang pengacara berselingkuh di dalam mobil pribadinya dengan seorang perempuan. [Maaf, fragmen selanjutnya dari episode ini tidak saya ceritakan.]

Keesokan harinya, istri pengacara itu menemukan celana dalam perempuan di jok belakang mobil. Spontan sang istri melabrak suaminya sambil mengibas-ngibaskan celana dalam itu... marah dan energinya ditumpahkan dengan sumpah serapah.

Sang pengacara sangat tenang menghadapi istrinya yang sedang kalap. Ia menjawab singkat seraya menahan emosi, tegas berkata dengan manis, “Sayang, tenanglah, itu tidak membuktikan aku selingkuh... kamu justru sudah memusnahkan barang bukti untuk kasus miliaran rupiah. Sekarang ada sidik jarimu di celana dalam itu, kamu sudah menghancurkan kasusku...!”

Istri pengacara itu terdiam sejenak, ia merasa bersalah, lalu menangis dan meratap dalam kebimbangan.

Ahh... yang salah “menang”, yang benar “kalah”! Kata-kata manusia terkadang tidak mewakili yang tepat dan benar, tetapi membangun sendiri “kebenaran”.

Kata-kata bisa saja meluncur lewat kemarahan, juga bisa mengalir dari bibir manis. Lewat serapah ataupun sanjungan, kata-kata bisa menindas dan memanipulasi.


Bibir manis tidak tulus, ada yang berhasrat agar diterima dan mendapat pengakuan, atau memburu kemenangan. Sejatinya kata-kata yang keluar dari bibir manis itu merupakan manifestasi penindasan yang ramah, taktik mengeruhkan kesadaran orang lain agar bimbang dan ragu menilai kebenaran.

Di negara kita tidak sedikit perkara yang membuat khalayak (kita semua) gamang menilai siapa yang benar, sebab ada banyak kasus kriminal, politik, dan korupsi yang “menang” dengan melacurkan yang benar. Ada banyak immoralitas dibungkam dengan bersilat lidah, keadilan dibakar hitam legam serupa dengan kejahatan.

Siapakah Anda? Tetaplah menjadi orang yang menghormati Tuhan dengan berkata benar. Jika Anda gelisah karena kata-kata yang dilantunkan para pendusta, teduhkanlah hati dan pikiran Anda dengan kembali kepada firman Tuhan.

Kata-kata Tuhan itu seperti perak murni yang sangat berharga dan kekal. —Agus Santosa

* * *

Sumber: KristusHidup.com, 30/10/2012 (dipersingkat)

==========

21 Oktober 2012

Master Chef


Kemarin saya menonton acara Master Chef 2 di televisi. Menurut saya acara ini masih jauh lebih bagus, daripada sinetron-sinetron yang cenderung kurang mendidik.

Ada satu hal yang menarik pada episode yang saya lihat ini, yaitu ketika peserta memasuki “pressure test” di mana dia harus berjuang agar tidak menjadi peserta yang harus pulang, jika masakannya tidak berhasil.

Salah satu peserta menjadi pemenang dalam challenge sebelumnya, sehingga dia mendapat hadiah boleh meminta bantuan sesama peserta dalam “pressure test”.

Akhirnya, si peserta ini pun meminta bantuan temannya yang dianggap bisa. Namun ternyata, peserta yang telah meminta bantuan temannya ini pun terpaksa pulang, karena hasil masakannya kurang memuaskan.

(Master Chef 2)

Tentu hal itu menjadi dilema tersendiri bagi teman yang sudah membantunya, karena hasilnya, teman yang dibantunya harus pulang. Selain itu, bagi peserta yang sudah meminta bantuan, tentu merasa kecewa, karena teman yang diharapkan bisa membantunya pun tidak membuahkan hasil manis.

Peristiwa ini, tentu memberikan pelajaran kepada saya dan kita semua, bahwa terkadang memang kita tidak bisa terlalu mengharapkan bantuan dari orang lain.

Semestinya, kita percaya pada kemampuan kita, dan kepada Tuhan, satu-satunya sumber kekuatan. Jika kita terlalu memercayakan diri kepada pihak lain, selain Tuhan, kita akan menemui kekecewaan. —Elisa Christanto

* * *

Sumber: KristusHidup.com, 21/10/2012 (dipersingkat)

==========

20 Oktober 2012

Korupsi atau Komisi


Tak dapat dipungkiri, hidup dari zaman ke zaman semakin sulit. Secara khusus, kesulitan-kesulitan tersebut sering menimpa kaum pekerja menengah ke bawah. Apalagi dengan realitas bahwa pada saat ini biaya kebutuhan hidup begitu meningkat, namun pendapatan tetap saja tak beranjak naik sedikit pun.

Dengan kenyataan seperti itulah, sering membuat banyak orang menjadi putus asa, dan jika sudah putus asa maka hal apa pun dapat dilakukan oleh seseorang, apalagi ada begitu banyak godaan di tempat kerja, yang dapat membuatnya terjatuh ke dalam dosa.

Edi, seorang office boy di perusahaan tempat saya dulu pernah bekerja, mengalami hal ini. Sebagai seorang office boy, tentu tugas Edi adalah disuruh-suruh. Misalnya saja, disuruh membelikan makan siang karyawan, membelikan perlengkapan kantor, dan lain sebagainya.

Saya adalah salah satu karyawan yang sering menyuruhnya membelikan makan siang, karena bagi saya jam istirahat lebih asyik dan nyaman jika saya gunakan untuk memejamkan mata sejenak di ruangan yang sejuk ber-AC, daripada harus ke luar kantor di tengah panasnya terik matahari.

Pada suatu ketika, Edi tidak masuk karena sakit. Maka pada hari itu, dengan terpaksa saya pergi ke luar untuk mencari makan siang di warung Padang, di mana seperti biasa Edi membelikannya untuk saya.

(masakan Padang)

Betapa terkejutnya saya, pada saat saya membayar nasi Padang dengan lauk daging rendang, ternyata saya hanya membayar Rp 5.000,00 (pada saat itu), padahal jika Edi yang membelikannya, saya harus membayar Rp 6.500,00.

Untuk itulah, keesokan harinya pada saat Edi sudah masuk, saya bertanya kepadanya, “Lho Ed, saya kemarin beli nasi rendang kok cuma Rp 5.000,00 tapi kalau kamu yang beli kok Rp 6.500,00?”

Apa jawab Edi? Dengan enteng dia menjawab, “Kan kalau saya yang beli ada komisinya, Pak.” Sungguh, saya sangat terperanjat dengan jawaban Edi. Tidak usah dia “main petak umpet” korupsi, sebetulnya saya sudah sering memberikan uang lebih kepadanya.

Itulah faktanya. Banyak orang yang lupa bahwa dia seharusnya hidup dalam kejujuran, serta tidak tergoda untuk berbuat kecurangan. Marilah kita menjadi orang yang jujur dan tidak mengambil atau memakan apa yang bukan menjadi hak kita. —Pdt. David Nugrahaning Widi

* * *

Sumber: KristusHidup.com, 20/10/2012 (dipersingkat)

==========

08 Oktober 2012

Pakaian


Tentang pakaian, ada orang yang sesuka hati saja. Dia bisa memakai pakaian yang disukainya sampai kusam, hilang warnanya, atau sedikit sobek. [Maaf, itu contoh yang buruk dalam hal fashion.]

Juga tentang pakaian, seorang dosen berkata, “Saya paling tidak peduli mahasiswa masuk kelas saya memakai sandal jepit dan kaos oblong, asalkan mereka datang kuliah membawa ‘otak’ mereka.”

Masih tentang pakaian, konon ada seorang pekebun kayu sengon yang mengenakan sarung dan kopiah lusuh. Ia disangka pengemis sehingga diusir oleh karyawan showroom mobil, padahal dia hendak membeli mobil niaga.


Para pakar fashion meyakini, pakaian itu mengekspresikan pribadi seseorang. Pakaian rapi yang Anda kenakan mencerminkan diri sebagai pribadi yang rapi dalam bekerja, bahkan hidup pun tertata rapi, benarkah?

Ada yang menilai pakaian itu simbol prestise sosial, tak heran kalau brand atau merek ternama menjadi ikon masyarakat kelas atas.

Pakaian dinas juga dianggap sebagai simbol otoritas dalam masyarakat, seperti kata Erich Fromm, “Otoritas yang nyata (dianggap nyata) dialihkan pada pakaian dinas... meski pakaian dinas itu tidak selalu mewakili kualitas kompetensi seseorang.”

Pakaian lazim dijadikan simbol otoritas, prestise sosial, dan identitas seseorang. Anda mungkin termasuk orang yang respek fashion, memberi perhatian ekstra pada pakaian yang Anda dan orang lain kenakan.

Itu hak asasi, tetapi apakah sikap dan reaksi Anda juga asasi (bersifat mendasar)? Apakah orang-orang berpakaian mahaltentu saja indah, modis, dan bagusyang selalu menyita prioritas dan rasa hormat Anda? Apakah Anda merasa tidak nyaman bergaul, atau terbiasa memicingkan mata kepada yang berpakaian biasa-biasa saja?

Sebuah nasihat bijak mengatakan agar kita tidak menilai orang lain berdasarkan pakaiannya. Di mata Tuhan kita itu sama, entah mengenakan pakaian bermerek, seragam tentara, ataupun kaos oblong. Kita semua diperlakukan istimewa oleh Tuhan, tidak dibedakan berdasarkan pakaian yang kita kenakan.

Mungkin “benar” pakaian bisa merepresentasikan seseorang itu kaya atau miskin, bos atau jongos, tetapi tidak benar jika kita hanya mengasihi yang berpakaian indah, hanya menghormati yang berpakaian dinas.

Janganlah kita menghakimi ataupun memuliakan seseorang karena pakaian. “Bukankah hidup itu lebih penting daripada makanan, dan tubuh itu lebih penting daripada pakaian?” Hargailah orang lain karena dia adalah pribadi yang harus dihargai. —Agus Santosa

* * *

Sumber: KristusHidup.com, 8/10/2012 (diedit seperlunya)

==========

07 Oktober 2012

Kelestarian Lingkungan


Hingga kini manusia belum mengetahui jumlah seluruh jenis atau spesies binatang. Camilo Mora, seorang biolog dari Universitas Dalhousie, Kanada, dan beberapa rekan ilmuwannya, memperkirakan terdapat 8,7 juta spesies, 2,2 juta di antaranya hidup di laut.

Angka ini hanya mencakup eukariota, organisme bersel kompleks. Dari jumlah itu baru sekitar 1,1 juta atau 13% yang sudah berhasil diidentifikasi. Masih terdapat sekitar 86% spesies di darat dan udara, dan 91% spesies di laut yang perlu diketahui.

Tuhan menciptakan segala jenis makhluk dengan suatu tujuan, karena setiap spesies berperan penting dalam daur kehidupan.

Banyak kehidupan spesies bergantung pada hubungan simbiotik dengan spesies lain. Misal, pohon yang menyediakan sarang dan sumber pangan untuk semut, yang sebagai gantinya melindungi pohon dari serangga dan tetumbuhan yang merugikan inangnya.

Dari perspektif rantai makanan, setiap spesies terhubung dengan satu atau dua spesies lain. Misal: tetumbuhan – serangga – katak – tikus – ular.

Rantai makanan ini memberi konsekuensi bahwa kepunahan suatu spesies akan memunahkan spesies lain, atau sebaliknya meledakkan populasi suatu spesies. Keduanya berakibat buruk bagi keanekaragaman hayati.

Dalam hal bertahan hidup, banyak spesies tercipta hanya untuk habitat tertentu. Perubahan lingkungan (karena kerusakan) dapat memunahkannya.

Tuhan menciptakan sistem kehidupan yang saling terkait dan memengaruhi. Semakin banyak varian suatu spesies, semakin tinggi daya tahan spesies terhadap penyakit dan semakin besar kemungkinan kelangsungan hidupnya.

Semakin banyak varian suatu spesies, semakin tinggi kemungkinan keanekaragaman spesies. Semakin tinggi keanekaragaman spesies dalam suatu lingkungan, semakin stabil dan bermutu lingkungan hidupnya.

Lingkungan hidup yang bermutu tinggi semakin bagus dalam menyaring dan memurnikan udara dan air. Semakin bagus lingkungan hidup, semakin banyak produk bahan pangan, obat, dan zat esensial bagi manusia.

Keanekaragaman hayati dan kelestarian lingkungan adalah prasyarat agar segala ciptaan Tuhan dapat tetap berada sebagai bagian dari kehidupan.

Hal ini dapat dilakukan dengan banyak cara, seperti menghentikan perburuan binatang, membuat cagar alam, menghentikan pembabatan hutan, dan menghutankan kembali kawasan bekas hutan tropis.

(penghijauan kembali)

Bisa juga melalui perbuatan yang dilakukan sendiri, seperti menghentikan serta mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan.

Menjaga, memelihara, dan mempertahankan keanekaragaman hayati dan kelestarian lingkungan sama dengan memenuhi kehendak Tuhan, yang ketika menciptakannya melihat bahwa semuanya itu baik. —Heri Muliono

Menjaga kelestarian lingkungan berati kita ikut menjaga kehidupan.

* * *

Sumber: KristusHidup.com, 7/10/2012 (diedit seperlunya)

==========

18 September 2012

Penguasa dan Harimau


Suatu hari, menjelang mentari terbenam, Konfusius melintasi lembah Gunung Thai. Ia melihat seorang perempuan sedang menangis di sebuah kuburan. Tze-lu, muridnya, mendekati dan mencari tahu, mengapa perempuan itu menangis pilu.

Perempuan itu berkata, “Dahulu ayahku disergap harimau di sini hingga mati. Setahun kemudian, suamiku juga diterkam harimau hingga aku menjadi janda. Sekarang, anak lelakiku mengalami nasib yang sama, harimau itu menerkamnya hingga mati. Dan kini aku sebatang kara...”


Konfusius heran dan bertanya, “Jika demikian, mengapa engkau tidak meninggalkan daerah ini?” Wanita itu menjawab, “Aku masih bertahan karena di sini tidak ada penguasa yang menindas.” Meski telah kehilangan tiga lelaki, perempuan itu lebih takut kepada penguasa yang kejam.

Konfusius sadar dan berpesan kepada murid-muridnya, “Ingatlah akan hal ini anak-anakku: penguasa yang menindas jauh lebih kejam dan bengis daripada harimau yang kelaparan.”

Kekuasaan manusia atas manusia sering kali berwajah penindasan dan pembantaian. Jerman pernah merasakan bagaimana kelam di bawah Hitler. Nazi melakukan praktik genosida, tragedi holocaust telah membunuh jutaan orang Yahudi.

Penindasan serupa juga berlangsung di Kamboja ketika Pol Pot berkuasa, atau Kosovo di bawah tangan besi Milosevic. Penguasa Orde Baru diduga telah membantai kaum separatis di Jawa, Aceh, Papua, dan di pelosok-pelosok negeri lainnya.

Apa sesungguhnya yang dicari dalam dan melalui kekuasaan? Setiap penguasa bisa saja memiliki sejuta ambisi, tetapi yang terutama adalah meraih keagungan dari kekuasaan.

Bertrand Russell, filsuf Inggris yang sangat berjasa dalam pengembangan logika modern, mengatakan, “Cara paling mudah untuk memperoleh keagungan adalah melalui kekuasaan. Oleh karena itu, keinginan akan keagungan, pada pokoknya mendorong tindakan-tindakan yang sama dengan yang didorong oleh keinginan akan kekuasaan.”

Namun tak sedikit penguasa yang khilaf dan melacurkan keagungan dan kekuasaannya, persis seperti yang dikatakan Salomo, “Ada suatu kejahatan yang kulihat di bawah matahari sebagai kekhilafan yang berasal dari seorang penguasa”. Kejahatan inilah yang melahirkan tragedi, ketika kekhilafan manusia berkuasa atas manusia.

Jika saat ini Anda dipercaya oleh konstituen untuk memimpin, janganlah khilaf! Jangan melacurkan keagungan, rahmat kekuasaan, dengan menebar kejahatan yang menindas martabat orang-orang yang seharusnya Anda layani. Jadilah pemimpin yang selalu merawat kesadaran dan takut kepada Tuhan. —Agus Santosa

* * *

Sumber: KristusHidup.com, 24/12/2011 (diedit seperlunya)

==========

11 September 2012

Rasa Humor


Konon ketika seseorang memanggilnya keledai, George Bernard Shaw, novelis ternama itu sama sekali tidak membalas. Alih-alih merasa marah dan terhina, ia malah merasa mendapat kehormatan.

Shaw menunjukkan sifat-sifat yang dimiliki oleh seekor keledai, yaitu kerendahan hati, kerja keras, dan rasa puas atas makanan sederhana. Bukankah tak ada seorang pun yang merasa terhina jika dianggap memiliki sifat-sifat yang demikian?


Keledai juga merupakan simbol binatang pembawa damai, dibandingkan dengan kuda yang adalah binatang untuk perang. Namun, pada umumnya orang tidak senang jika dikatakan sebagai keledai sebab keledai dianggap sebagai binatang yang dungu.

Apa yang dapat kita pelajari dari cerita terkait keledai ini, adalah sikap atau berpikir positif. Jangan mudah merasa terhina, yang kemudian dengan cepat akan membuat kita menjadi mudah marah atau jatuh pada sikap mengasihani diri sendiri.

Milikilah sense of humor atau ‘rasa humor’ yang tinggi, sebab rasa humor dapat membantu kita untuk tidak mudah stres. Tidak cuma itu, rasa humor juga dapat membantu kita untuk bertahan hidup.

Victor Frankl mengembangkan logo terapi yang melibatkan humor sebagai unsur utama. Ia mengembangkan terapi ini dari pengalamannya selama berada di kamp konsentrasi Auschwitz.

Karena penderitaannya dan penderitaan banyak orang lainnya yang disaksikannya di kamp-kamp konsentrasi, ia sampai pada kesimpulan bahwa bahkan dalam situasi yang paling absurd, kelam, menyiksa, dan tidak manusiawi sekalipun, kehidupan dapat bermakna.

Bagi dirinya penderitaan pun bermakna. Psikiater ini membuktikan bahwa humor merupakan faktor yang esensial untuk kelangsungan hidup manusia. Ia mungkin takkan berhasil hidup jika ia tidak tertawa.

Apakah saat ini Anda sedang menghadapi masalah berat sehingga tak sanggup untuk tertawa? Maknai dan sikapilah masalah secara positif, bahwa ada hikmah di balik setiap masalah yang kita alami. Bahwa Tuhan memiliki rencana yang baik atas semuanya itu. —Liana Poedjihastuti

* * *

Sumber: KristusHidup.com, 30/4/12 (dipersingkat)

Judul asli: Keledai

==========

04 September 2012

Profil Singkat Warren Buffett


Warren Edward Buffett adalah seorang investor dan pengusaha Amerika Serikat. Ia memiliki julukan Oracle of Omaha dan lebih dikenal dengan nama Warren Buffett.

Buffett telah mengumpulkan kekayaan yang sangat besar dari kecerdikannya berinvestasi melalui perusahaannya Berkshire Hathaway, di mana dia memegang 38% saham.

Setelah 13 tahun berturut-turut Bill Gates bercokol sebagai orang terkaya di dunia versi majalah Forbes, pada tahun 2008 ia dikalahkan oleh Warren Buffett.

Buffett diibaratkan sebagai perpaduan antara fisikawan Einstein, seniman Picasso, dan raja kaya raya pencipta koin emas Croesus, dalam satu tubuh.

Menurut Forbes, harta Buffett pada tahun itu meroket dari US$ 10 miliar menjadi US$ 62 miliar!

Dengan jumlah kekayaan segitu, Buffett bisa membiayai belanja negara kita sedikitnya selama delapan tahun!

Kekayaan yang teramat sebesar itu bisa diraih Buffett hanya dalam tempo sekitar 36 tahun dan hanya dengan modal sebesar US$ 100.

Buffett membeli saham pertamanya pada umur 11 tahun dan ia sekarang menyesal karena seharusnya bisa memulainya lebih awal lagi (sebelum umur 11 tahun).

Buffett membeli sebuah kebun kecil pada umur 14 tahun dengan uang tabungan yang didapatnya dari hasil mengirimkan surat kabar.

Hingga kini Buffett hidup di sebuah rumah dengan 3 kamar berukuran kecil di pusat kota Omaha, yang ia beli setelah menikah 50 tahun yang lalu.

Buffett mengatakan bahwa ia mempunyai segala sesuatu yang ia butuhkan dalam rumah itu, meskipun rumah itu tidak ada pagarnya.

Buffett selalu mengemudikan mobilnya sendiri jika hendak bepergian, dan ia tidak mempunyai seorang supir ataupun keamanan pribadi.

Buffett tidak pernah bepergian dengan pesawat jet pribadi, walaupun ia memiliki perusahaan pembuat pesawat jet terbesar di dunia.

Berkshire Hathaway, perusahaan milik Buffett, punya 63 anak perusahaan.

Buffett hanya menulis satu pucuk surat setiap tahunnya kepada para CEO di perusahaannya guna menyampaikan target yang harus diraih tahun itu.

Buffett tidak pernah mengadakan rapat atau menelepon mereka secara reguler.

Buffett memberikan dua peraturan kepada para CEO-nya: 1) Jangan pernah sekali pun menghabiskan uang pemilik saham. 2) Jangan melupakan peraturan nomor satu.

Buffett tidak bersosialisasi dengan masyarakat kelas atas. Waktu luangnya di rumah dihabiskan dengan menonton televisi sambil makan pop corn.

Bill Gates, orang terkaya di dunia ketika itu, bertemu dengan Buffett untuk pertama kalinya 5 tahun yang lalu (tahun 2007).

Bill Gates pikir, ia tidak punya keperluan yang sangat penting dengan Buffett, maka ia mengatur pertemuan itu hanya selama 30 menit.

Tetapi ketika ia bertemu dengannya, pertemuan itu berlangsung selama 10 jam dan Bill Gates tertarik untuk belajar banyak dari Buffett.

Mudah-mudahan cerita dari Buffett ini inspiratif ya... selamat bekerja ^_^

@JuraganInvest – twitter

* * *

Sumber: http://chirpstory.com/li/20322 (diedit sedikit)

=====

Artikel terkait:

Ketika Kaya

==========

Ketika Kaya


Apa yang akan Anda lakukan jika mendapat hadiah lima miliar rupiah? Mungkin Anda berencana akan membeli ini dan itu, pesiar, menabungnya, dan kalau Anda seorang yang murah hati, Anda juga akan mendermakannya meski hanya sebagian kecil saja.

Tetapi, mungkinkah Anda akan seperti Teddy dalam kisah yang pernah saya baca berikut ini?

Seorang guru meminta para muridnya untuk mengarang, apa yang akan mereka lakukan seandainya mereka memperoleh uang yang banyak. Setiap murid segera melakukan tugasnya. Tetapi salah seorang murid, Teddy, hanya duduk di kursi sambil bertopang dagu.

Pada akhir jam pelajaran itu, guru mengumpulkan hasil pekerjaan para murid dan mendapati kertas jawaban Teddy tetap putih alias kosong, tanpa tulisan satu kata pun.

Guru bertanya kepada Teddy, “Teman-temanmu mengarang sampai dua halaman lebih, mengapa kamu tidak melakukan apa-apa?” Jawab Teddy, “Justru inilah Bu Guru yang akan saya lakukan seandainya saya punya uang banyak, tidak kerja apa-apa.”

Ingin tahu apa yang dilakukan oleh orang kaya? Inilah salah satu contoh yang luar biasa.

Adalah Warren Buffett yang selalu bergantian dengan Bill Gates menjadi orang terkaya di dunia. Kekayaannya 40 hingga 50 miliar USD. Meski kaya raya, gaya hidup Buffett amat sederhana; baik pakaian, sepatu, maupun perabot rumahnya.

Kita dibuat terkesan oleh pria kaya ini bukan karena kekayaannya melainkan karena gaya hidupnya yang suka berbagi. Ia akan menyerahkan 80 persen dari kekayaannya kepada sebuah lembaga sosial yang dipelopori oleh Bill Gates.

Buffett sengaja tidak memberikan banyak warisan kepada kedua anaknya agar mereka tetap memiliki kreasi, inovasi, dan membangun mental suka berbagi.

Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda telah kaya saat ini, atau Anda ingin kaya? Apa yang akan Anda lakukan dengan kekayaan itu? —Liana Poedjihastuti

* * *

Sumber: KristusHidup.com, 8/3/12 (diedit seperlunya)

=====

Baca juga:

Profil Singkat Warren Buffett

==========

29 Agustus 2012

Memelihara Ekosistem


Beberapa tahun lalu di pantai Galala, Ambon, orang bisa menikmati pemandangan menarik: pelikan-pelikan bermain-main di pantai, duduk di perahu-perahu pada waktu mereka transit untuk mencari tempat yang hangat.

Sekarang pemandangan seperti itu sudah tidak ada lagi, bahkan bangau putih pencari ikan yang banyak terdapat di pantai pun sudah sangat langka.

Memelihara ekosistem menjadi topik penting, mengingatkan kita agar tidak gegabah “memangsa” hewan-hewan liar maupun hewan peliharaan, dan mencegah kepunahan jenis fauna dan flora tertentu.

Setahun dua kali orang Bali mengadakan upacara Tumpek Unduh dan Tumpek Kandang, yang mengingatkan masyarakat untuk selalu memelihara kelestarian flora dan fauna.

Di dalam Kitab Suci, Tuhan juga berfirman agar manusia berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.

Marilah kita artikan bahwa manusia tidak hanya berkuasa, tetapi juga memelihara mereka supaya tidak punah. Karena mereka melengkapi kehidupan kita, manusia.

Alangkah indahnya bila kita bisa melihat lagi burung-burung yang terbang berkelompok di pagi hari dan waktu mereka kembali ke sarangnya di sore hari, atau melihat belibis terbang dan bermain di pantai sambil mencari ikan.

Apakah Anda merasakan keindahan ini sebagai kasih Tuhan yang tak ada habisnya, yang melengkapi hidup kita dengan sejuta warna? Jika Anda terlalu sibuk, cobalah sekali-sekali luangkan waktu untuk dekat dengan alam. —Irene Talakua

Let’s be grateful for the treasures God has given us by protecting and caring for them.

* * *

Sumber: KristusHidup.com, 29/8/12 (diedit seperlunya)

Judul asli: Don’t Take a Mother Bird

==========

17 Agustus 2012

Kesejahteraan Bangsa


Tanggal 17 Agustus 2012 ini kita memperingati HUT Kemerdekaan RI yang ke-67. Sebagai bagian integral atau tidak terpisahkan dari bangsa ini, kita memiliki perhatian dan kepentingan terhadap kehidupan bangsa.

Suka duka bangsa ini, juga menjadi suka duka kita. Berkaitan dengan itu pertama-tama kita mengucap syukur kepada Tuhan yang telah berkenan menjadikan bangsa kita sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat, sehingga dimungkinkan mengatur dan mengarahkan kehidupan menurut kehendak dan cita-citanya sendiri.

Masalahnya, apakah dengan kemerdekaan yang telah kita nikmati selama 67 tahun ini, cita-cita kemerdekaan seperti dinyatakan oleh para pendiri bangsa, sebagaimana tercantum dalam UUD 1945, sudah semakin terwujud?

Tidak dapat disangkal, dalam usianya yang sudah cukup panjang itu berbagai kemajuan di bidang sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya, sudah dicapai oleh bangsa kita. Di sisi lain, berbagai kemajuan itu ternyata baru dinikmati oleh sebagian kecil bangsa kita. Bagian terbesarnya, belum menikmati.

Sehubungan dengan itu, maka sebagai umat Tuhan di negeri ini, baik secara perorangan maupun bersama-sama, kita hendaknya merasa terdorong untuk ikut mengusahakan dan mendoakan kesejahteraan bangsa dan negara di mana kita berada, melalui partisipasi yang aktif dan positif, namun juga kritis.

Artinya, dengan penuh kesadaran kita ikut mengusahakan hal-hal yang baik untuk memajukan dan meningkatkan keadaan, tetapi juga berani mengemukakan kritik dan kecaman terhadap hal-hal yang tidak sesuai dengan kebenaran dan keadilan, untuk selanjutnya melakukan tindakan-tindakan guna mengoreksi dan memperbaikinya.

Partisipasi yang seperti itu, selain merupakan wujud nyata dari kepedulian kita terhadap masyarakat dan bangsa, sekaligus juga merupakan kesaksian dan pelayanan kita di tengah-tengah kehidupan bangsa dan negara.

Dalam menjalankan tugas dan panggilan tersebut hendaknya kita berprinsip bahwa makna partisipasi tidak terletak pada nilai kuantitatifnya, yaitu besar dan luasnya cakupan, melainkan kualitatifnya, yaitu mutunya.

Sebagai ‘garam dunia’, meskipun sedikit, di tengah-tengah keadaan yang hambar, pasti terasa asinnya. Demikian juga sebagai ‘terang’, meskipun kecil, di tengah-tengah kegelapan, sinarnya pasti akan terlihat cemerlang.

* * *

Sumber: KristusHidup.com, 17/8/12 (diedit seperlunya)

Judul asli: Usahakanlah Kesejahteraan Bangsamu!

==========

15 Agustus 2012

Menaati Pemerintah


Setiap aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah selalu mengundang pro dan kontra. Bukan hanya di negara kita, melainkan juga di negara-negara lain, dan hal itu bahkan sudah terjadi sejak zaman dahulu. Bagaimana kita sebagai warga negara harus bersikap?

Pemerintah ada karena perkenan Tuhan. Entah mereka baik atau buruk, Tuhanlah yang mengizinkan mereka berkuasa. Kita tunduk pada pemerintah, bukan berdasarkan baik tidaknya mereka, tetapi karena kita menghormati Tuhan yang menetapkan mereka.

Oleh karena pemerintah ditetapkan oleh Tuhan, maka otoritas tertinggi ada di tangan Tuhan. Pemerintah yang memimpin menurut cara Tuhan akan memimpin dengan adil. Jika perintah mereka bertentangan dengan firman Tuhan, yang mutlak harus ditaati adalah Tuhan.

Apakah selama ini perkataan dan perbuatan kita mencerminkan bahwa kita menghormati dan menaati pemerintah kita? Ingatlah, kita menaati mereka karena kita menghormati Tuhan. Apakah kita juga peka melihat adanya kebijakan-kebijakan yang tidak sesuai dengan firman Tuhan? Kita perlu dengan kasih dan keberanian menunjukkan bahwa kita lebih taat pada Tuhan daripada manusia. --LAN

Hormati Tuhan dengan menaati pemerintah dan mengingatkan mereka ketika menyimpang dari aturan-Nya.

* * *

Sumber: e-RH, 15/8/12 (dipersingkat)

Judul asli: Menaati Pemerintahku

==========

Artikel Terbaru Blog Ini