28 Juli 2009

Kisah Baut Kecil

Ini adalah sebuah kisah tentang baut kecil yang dipasang di sebuah kapal besar.

Saat berada di tengah badai laut yang besar, sang baut kecil terancam lepas. Hal ini juga mengancam baut-baut kecil lainnya. Mereka saling berteriak, “Berpeganglah erat-erat! Jika kamu lepas, kami juga akan lepas!”

Teriakan mereka itu terdengar oleh lempengan-lempengan baja tempat sang baut terpasang. Lempengan-lempengan baja itu segera menyerukan hal yang sama. Seluruh bagian kapal turut memberi dorongan semangat pada sang baut kecil itu.

Mengapa mereka melakukan hal itu pada sang baut kecil? Karena mereka mengetahui pentingnya sang baut kecil untuk keselamatan kapal. Jika sang baut kecil menyerah dan melepaskan pegangannya, maka seluruh isi kapal akan tenggelam.

Kisah di atas mengingatkan kita akan kerja sama antar-rekan kerja di kantor. Bila ada suatu proyek yang harus diselesaikan, dan satu anggota mengundurkan diri, sangat jelas perbedaan hasil yang diperoleh pada akhirnya.

Walaupun anggota tersebut tidak terlihat mempunyai peranan yang besar, namun bisa saja proyek malah terancam tidak selesai dan mundur dari jadwalnya atau bahkan gagal.

Sering kali kita jumpai, ada yang merasa senang bila melihat rekan kerja mengalami masalah dan gagal menunaikan tanggung jawabnya.

Kisah baut kecil di atas mengingatkan kita bahwa sebagai tim kerja, kegagalan satu orang akan selalu membawa dampak pada keseluruhan tim. Jadi alangkah baiknya jika kita saling mendukung dan bekerja sama menghadapi persoalan dan bukan saling menjatuhkan antar-anggota tim kerja demi mendapat pujian.

KEGAGALAN BESAR BERASAL DARI KEGAGALAN KECIL, BEGITU JUGA DENGAN KEBERHASILAN.

Sumber: AbbaNews Pusat, 26 Juli 2009

09 Juli 2009

Nenek vs. Nenek-nenek

Menurut saya, kita harus membedakan antara 'nenek' dan 'nenek-nenek'.

Seorang 'nenek' belum tentu 'nenek-nenek'. 'Nenek' adalah predikat atau sebutan yang diperoleh seseorang karena dia memiliki cucu. Sedangkan 'nenek-nenek' adalah predikat atau sebutan bagi wanita tua, belum tentu dia seorang nenek (kalau gak punya cucu kan bukan seorang 'nenek' - walaupun dia 'nenek-nenek').

Kalau sulit memahami uraian serius saya di atas, berikut ini adalah uraian sederhananya:

Seorang 'nenek' bisa saja penampilannya muda dan menarik. Contoh: Oma Win (umur di bawah 50 tahun, cantik).

Seorang 'nenek-nenek' sudah pasti penampilannya tua. Belum tentu dia seorang 'nenek'. Bisa saja dia seorang gadis (dalam arti perawan). Masih gadis = masih perawan. Jadi, gadis bisa berarti perawan. Walaupun kenyataannya dia adalah seorang 'nenek-nenek' (perempuan tua).

Contoh: Tanteku yang di Malang (adik Mami-ku alm). Yang gaptek buangett itu lho, gak bisa ngeluarin duit dari ATM BCA - selalu minta tolong orang kalau mau pakai ATM BCA. Masih ingat kan? Kalau lupa atau belum pernah tahu, silakan baca di sini... (klik).

Tahun ini (November nanti) dia akan genap berusia 81 tahun. Masih sehat. Pelayanan utamanya ketika masih gesit adalah mengajar sekolah minggu. Pdt. Yonatan Subianto adalah salah seorang muridnya.

Walaupun sudah 'nenek-nenek', sebutan di depan namanya tetap saja Nona, dan dia masih gadis (dalam arti perawan). Beliau memang terpanggil untuk tidak menikah.


Artikel Terbaru Blog Ini