01 Juni 2013

Tak Tahu Berterima Kasih


Seorang gelandangan diundang ke rumah seorang kaya yang baik hati. Sambil mengganti pakaiannya yang dekil dengan pakaian baru yang diberi oleh tuan rumah, ia berkata, "Ini baju yang bagus, namun saya tidak terlalu suka warna garis-garisnya!"

Ketika menyantap hidangan, ia berkata, "Ini makanan yang enak, hanya saja ikan panggangnya terlalu gosong. Supnya pasti lebih enak kalau ditambah sedikit lagi merica. Dan, es buahnya akan lebih nikmat kalau ditambah sirup rasa leci."

Ketika ia dipersilakan beristirahat di kamar, ia berkata, "Ini kamar yang mewah, lengkap dengan pendingin ruangan. Hanya saja, kasurnya kurang tebal!" Sikap yang konyol, bukan?


Akan tetapi, jika dicermati, manusia kerap bersikap seperti si gelandangan itu terhadap Tuhan yang Mahabaik. Kebanyakan orang cenderung tidak tahu berterima kasih kepada-Nya. Mereka lupa bersyukur pada saat tengah dilingkupi kebahagiaan.

Sebaliknya, mereka mulai mempertanyakan kebaikan Tuhan ketika hal buruk menimpa mereka. Tidak jarang orang menganggap dirinya terlalu saleh, sehingga tidak pantas mengalami penderitaan tertentu.

"Saya sudah setia melayani Tuhan, tetapi mengapa Tuhan mengizinkan musibah ini menimpa keluarga saya?" kata mereka.

Bagaimana mengatasinya? Yaitu dengan menyadari bahwa kita diberi anugerah oleh Tuhan karena kebaikan-Nya, bukan karena kehebatan diri kita.

Kesadaran ini mendorong kita untuk bersyukur kepada-Nya dan berbelas kasihan pada orang yang tidak tahu berterima kasih kepada kita.

Menyadari ketidaklayakan kita dalam menerima anugerah, membuat hati kita dipenuhi rasa syukur yang melimpah.

* * *

Penulis: Hembang Tambun | e-RH, 1/6/2013

(diedit sedikit)

==========

Artikel Terbaru Blog Ini